Part 4

5.7K 403 8
                                    

Aku berjalan mendahului Velino, aku terlalu lemah untuk berjalan di sampingnya, bisa2 jantungku copot nanti. Velino menarik tasnya dan menyeretnya. Menyeretnya? Tunggu... seingatku tas Velino tidak ada rodanya.

"Maaf, tas Anda..." ujarku. Velino menatapku heran.

"Hah?" Ujarnya. Aku buru2 memeriksa tas itu apakah ada rodanya. Tidak ada. Hanya tas polo biasa

"Biar saya bawakan tas Anda," tawarku. Velino mengangguk dan menyerahkan tas itu padaku. Ahhh, ini suatu kehormatan... pikirku. Apakah di Amerika ia terbiasa menyeret tasnya? Ah kasihan... aku pun mengangkat tas Velino yang ternyata cukup berat itu. Aku tertawa kecil. Velino mengangguk2.

Tiba2 ia berjalan kembali ke mobilnya dan mengambil 2 tas lagi, sama besarnya

"Yang ini juga?" Tanyanya. Aku melongo

"Ha?" Tanyaku

Velino mengangkat bahu dan berjalan mendahuluiku. Terpaksa aku gotong 3 tasnya itu. Untungnya 2 tas itu tak terlalu berat, agghhh...

Velino celingak celinguk
"I want to see the bathroom," ujarnya

"There is one in your room, sir," jawabku sopan sambil tersenyum, semoga saja aku masih kelihatan anggun waktu mengangkat 3 tasnya seperti sekarang.

"No, I want to go now," ujarnya. Oh dia sudah kebelet, Ri. Kamu gak pengertian banget sih! Makiku pada diri sendiri.

"Oh, okay, di sini Pak," ujarku sambil menunjukkan kamar mandi umum di sebelah lobi. Velino tersenyum lalu menjulurkan tangan untuk meraih tasnya di tanganku. Aku hanya melongo melihat Velino mengeluarkan sebuah botol kosong berukuran 1 liter dan membawanya ke kamar mandi.

Hah? Dia mau... pipis di botol itu? Wait wait... apa2an sih, Ri... he is your Velino! How could he.... gak, gak mungkin, bisikku. Tak lama kemudian Velino keluar sambil membawa botol itu, dan isinya berwarna... kuning!!

"Sorry, what are u doing??" Tanyaku sambil melihat botol itu dengan jijik.

"Oh, this? Hahaha...." Velino tertawa, "ini pipisku."

Aku hampir pingsan mendengar jawabannya, tapi untung Velino buru2 tertawa
"Oh my God," teriaknya sambil tertawa terpingkal2, "ini tadi vitamin C, aku baru ke kamar mandi cari air ngelarutin ini!"

"Ooooohh oooohhh!!!" Seruku, antara lega campur bingung, "anda menjebak saya...."

Velino tertawa sambil melanjutkan langkahnya. Wait... tapi airnya... air kamar mandi? Velino minum air mentah??

"Wait, sir," ujarku sambil menangkap lengan Velino, "ini air mentah, kau tau, di Indonesia air kamar mandi tidak bisa langsung diminum." Jelasku. Ya, jelas saja dia belum mengerti, pikirku. Dia pikir air itu bersih seperti di Amerika.

"Ohh, ya aku tau kok," jawab Velino, "emang sengaja."

"Sorry?" Tanyaku heran

"Semakin kotor semakin bagus. Gue suka yang kotor2," bisiknya sambil menyeringai.

Aku melongo. Inikah... Velino? Velino malaikatku? Velino penyelamatku?? Aku hanya mampu menggeleng2 tak percaya. Dia sungguh... sungguuuh... tak seperti perkiraanku!!

My Crazy Professor (Profesor Gilaku)Where stories live. Discover now