Part 10

5K 367 9
                                    

"Hahahaha... nggak sangka dia itu cuma pecundang ya!!" Seru Felix congkak. Mulai lagi deh... dia bertingkah menyebalkan. Ia mengatakan itu di tengah2 dosen saat kami sedang makan bersama. Tanpa Velino tentunya, karena Velino lebih suka makan di kamarnya bersama boneka2 kesayangannya.

"Benar2 memalukan," ujarnya lagi, "profesor macam apa yang kerjaannya hanya mengulum lolipop?"

Felix tertawa terbahak2. Ada sebagian yang ikut tertawa, sebagian lagi tidak. Kami sudah hafal dengan sifat Felix yang menyebalkan itu.

"Dengar2 dia juga punya kelainan jiwa? Wah semoga dia tidak gay ya..." sambung Felix

"Cukup!" Bentakku. Tiba2 aku sadar aku baru saja menggebrak meja. Felix melotot, begitu juga semua teman2ku.

"Apa kamu pikir dengan merendahkan orang lain lantas kamu bisa lebih dari orang itu!" Jeritku marah.

"Sabar, Ri..." bisik Lauren sambil menarik2 lenganku.

"Sekali lagi aku dengar kamu membicarakan Velino maka... tidak ada ampun!!" Teriakku lalu segera menghambur pergi.

Aku terengah2. Emosiku seperti sudah di ubun2. Beraninya Felix menghina Velino! Velinoku! Walaupun kenyataannya memang Velino jauh dari perkiraanku, tapi rasanya terlalu jahat untuk mengata2inya... bagaimanapun aku tidak akan terima. Bagaimanapun... Velino pernah menyelamatkan hidupku!

Aku sampai di taman belakang dan menghapus sisa2 airmataku. Baru kusadari dari tadi aku marah2 sambil mencucurkan airmata. Aduh, malunya... tapi aku tidak menyesal. Cowok seperti Felix, tidak berhak berbicara seperti itu tentang Velino!

"Apa maksudmu tadi!!" Tiba2 aku merasa tanganku dicekal

"Felix??"jeritku

"Kamu mau mempermalukan aku di depan para dosen??"

"Bukankah kamu yang mempermalukan dirimu sendiri," balasku sinis.

"Riri, aku akui aku memang menyukaimu, tapi tindakanmu ini sudah kelewat batas! Kamu... demi Velino..."

"Harusnya kamu yang berpikir dulu sebelum bicara. Sebelum membicarakan orang lain, sebaiknya kamu ngaca!" Jeritku

"Ka.. kamuuu!" Seru Felix marah sambil mencengkram tanganku. Aku menjerit kesakitan.

"Hentikan," tiba2 aku mendengar suara lain. Itu suara... malaikatku?

"Kubilang hentikan, lepaskan dia," ujar Velino tenang, ia muncul dari balik pohon dan tiba2 berdiri di antara aku dan Felix

Felix mendesah, ia tiba2 melepaskanku. Aku memegangi tanganku dengan kesakitan.

"Kamu... dasar brengsek!" Geram Felix, "semua gara2 kamu, profesor gila!"

Velino menatap Felix tajam lalu tiba2 berjalan maju. Felix lagi2 terpaksa mundur sampai tersudut di tembok

"Kali ini aku tidak main2," ujar Velino pelan, ia menaruh tangan kirinya di tembok itu, "kamu benar2 harus belajar sopan santun."

Felix hanya terdiam sambil gemetaran. Dasar pengecut!

"Kamu harus tau siapa aku. Ijin kamu mengajar di sini pun bisa aku cabut kapan saja," ancam Velino, "tapi lebih buruk lagi..."
Velino mendekatkan wajahnya pada Felix, "aku bisa mencabik2mu."

Felix pun segera tunggang langgang beberapa menit kemudian setelah berulang kali minta maaf. Wah.. wah... wah... Velino... barusan benar2 cool! Inilah.. velinoku, pelindungku, malaikatku!! Mataku berkaca2

"Terimakasih, Prof..." bisikku lega

Velino tiba2 kembali ke karakter gilanya. Ia tersenyum aneh dan menatapku

"Aku tadi sebenarnya sedang eek... dan belum cebok..." bisiknya

Aku hanya mampu ternganga. Shit... derajat coolnya langsung merosot ke minus 1000!! Padahal tadi aku sempat berpikir Velino sangat cool, grrrrr :((

"Aku cebok dulu ya," pamitnya

"Nggak usah ngomongggg!!" Jeritku jijik.

"Eh ya, ngomong2..." Velino menoleh ke arahku dan tersenyum, "gayamu membela orang lain itu cool. Aku suka."

Wajahku langsung memerah. Jadi dia dengar ketika aku melabrak Felix?? Dan... dia suka?

"Byee... cebok dulu...." Velinopun segera menghilang di balik pepohonan. Aku masih termangu. Velino... sebenarnya kamu itu apa sih? :(

My Crazy Professor (Profesor Gilaku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang