Part 8

5.1K 363 3
                                    

Tok tok tok. Aku mengetok pintu kamar Velino. Saat itu hari Rabu malam. Aku baru saja keluar membeli makanan dan mendadak aku ingat bahwa Velino menyukai nasi goreng ala perancis. Itu kubaca di profil majalahnya.

"Hai," sapa Velino. Seperti biasa ia sedang mengulum lollipop, tapi bajunya hanya kaos singlet dan celana pendek

"Haaaaa," seruku kaget. Velino terkekeh dan segera mengambil kemejanya dan memakainya begitu saja tanpa dikancingkan

"Bagaimana kalau yang mengetuk pintu adalah bu ketua," nasihatku, "berpakaianlah yang benar."

Velino tertawa, "kamu menasehatiku?"

"Ah, maaf prof," bisikku menyesal. Aku melangkah masuk ke kamarnya, yang herannya super rapi dan bersih. Rak kosong yang harusnya untuk buku2 malah dibuat rak boneka. Lemari pajangan juga berisi boneka. Demikian juga di atas tv, ranjang, bahkan di kamar mandi ada bonekanya!

"Ada apa kesini malam2?" Tanyanya, "aku lagi main game."

Aku nyengir. Bisa nggak sih dia sedikit bersikap elegan di bawah podium??

"Aku hanya ingin memberimu ini," aku menyodorkan sekotak nasi goreng perancis kepadanya.

"Ha?" Velino membuka kotak itu, "ini..."

"Maaf... aku... membacanya di profilmu di majalah dan internet bahwa kamu menyukai nasi goreng ala perancis," ujarku malu.

"Hmmmm," Velino menggumam dan meletakkan kotak itu di meja, "honestly... aku lebih suka kodok goreng. Lain kali beliin kodok aja oke?"

Aku mengangguk pasrah, "maaf.. kalau begitu, aku pamit..."

"Oh ya, tunggu," Velino menahanku, "aku dengar dari mahasiswa dan dosen... kamu fans berat ku?"

Eh? Kok... kok dia langsung nembak gitu sih!!! Huhuhu...

"I...iya..." jawabku gugup

"Kenapa? Kenapa kamu bisa suka sama aku?" Tanyanya penasaran. Ia mengeluarkan lollipopnya dan memakannya.

"Ehm... itu..." aku mendesah, "pokoknya, buat aku kamu dan buku2mu sangat berarti..."

"Kenapa?" Tanyanya

Aku menggigit bibir. Apa aku harus menceritakan padanya bahwa selama 10 tahun lebih hanya dialah alasan ku untuk hidup? Haruskah kujelaskan tanpa dia mungkin aku sudah mati karena bunuh diri?

Velino tertawa melihat reaksiku
"Oke deh kalau kamu nggak bisa jawab," ujarnya. Tiba2 ia mendekatkan wajahnya padaku, "tapi kalau aku bertanya hal yang sama untuk kedua kalinya, kamu harus jawab. Janji?"

Aku mengangguk gugup. Wajah Velino begitu dekat dengan wajahku sampai aku bisa mendengar suara napasnya. Oh my Gosh.. mimpi apa aku semalam!

"Aku pamit," seruku gugup lalu buru2 keluar dari kamarnya. Aku memegangi jantungku. Velino begitu dekat... ah, membuatku makin merasa berdebar2. Tapi... apakah perasaan ini tulus? Aku juga meragukannya. Apakah aku tulus menerima Velino dengan karakternya yang sebenarnya, ataukah aku masih terbuai dengan sosok Velino dalam mimpiku... yang pintar, bersahaja, dan lembut, seperti tulisan2nya? Entahlah... tapi yang jelas, bagiku sosok Velino, entah yang sebenarnya atau yang jadi imajinasiku, adalah malaikat penolongku dan alasan hidupku...

My Crazy Professor (Profesor Gilaku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang