Part 2

1.6K 120 32
                                    

" Kita hidup didunia ini saling berdampingan. Kita saling membutuhkan satu sama lain. "

********

Kring.. Kring.. Kring..

Akhirnya, saat yang ditunggu pun tiba. Bel tanda pulang sekolah pun berbunyi, menandakan bahwa telah usai pembelajaran untuk hari ini. Siswa-siswi bernafas lega, setelah terlepas dari jeratan Fisika yang memusingkan dan membuat isi kepala mereka seperti ingin keluar.

Semuanya langsung berhamburan keluar kelas. Terkecuali, seorang cewek yang tengah membereskan buku-buku dan alat tulisnya. Matanya memandang ke penjuru ruangan dan ia melihat seorang cowok yang tengah membaca bukunya di pojok kelas, sambil memasang earphone ditelinganya. Entah kenapa, setiap kali ia melihat cowok tersebut, jantungnya selalu berdetak tak normal.

Deg Deg Deg

Tak membutuhkan waktu lama untuk Airyn membereskan benda-benda yang berada di atas mejanya. Sejujurnya, Airyn ingin sekali menyapanya, berbicara dengannya walau hanya semenit saja. Namun, apalah daya, Airyn hanya gadis biasa dari kalangan bawah yang hanya bisa bermimpi dapat berbicara dengan seseorang yang sangat jauh kastanya. Airyn tahu, Alex adalah seorang cowok yang dingin serta irit bicara. Karena ia sering memperhatikannya secara diam-diam.

Ia memandang sekali lagi cowok tersebut, yang sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda bahwa cowok tersebut akan bangkit dari tempat duduknya. Lalu, tanpa berpikir panjang, ia melangkahkan kakinya keluar dari kelas. Airyn tidak ingin, Alex memergokinya sedang memandang wajahnya dengan mata yang tak berkedip serta mulut yang sedikit terbuka.

Dengan tergesa-gesa, Airyn segera melesat turun ke lantai 1. Koridor terlihat sangat sepi, hanya ada beberapa orang yang terlihat. Mungkin dari mereka, ada yang sedang menunggu jemputan. Dengan langkah lebar, ia berlari ke arah jalan raya untuk menunggu angkutan umum yang akan membawanya ke sebuah tempat. Tak butuh waktu lama untuk sampai di tempat yang dituju. Setelah sampai, ia merogoh saku kemejanya dan mengeluarkan selembar uang yang diberikan kepada sang supir.

Dan, di sinilah sekarang ia berada, di sebuah cafe bergaya vintage dengan interior yang sangat memukau bagi siapa saja yang melihatnya. Cafe ini bernama Jeje’s Cafe.

Airyn dengan cepat mengganti baju seragam sekolahnya dengan seragam cafe. Tak lupa, ia memakai apron dan mengambil sebuah note beserta pulpen yang setia menemaninya.

“Hai, Airyn!” sapa salah satu teman Airyn yang juga bekerja di sini.

“Hai, Siska!” jawab Airyn dengan mengulas sebuah senyum yang tercetak dibibir manisnya.

“Kamu tolong layani pemuda di sebelah sana ya, aku mau ke toilet sebentar,” ujar Siska

“Ok!” jawab Airyn dengan mantap

Airyn segera melangkahkan kakinya menuju tempat yang ditunjuk oleh Siska tadi. Meja nomor 8, begitulah angka yang tertera di atas meja tersebut. Sejenak, Airyn memperhatikan secara seksama sosok yang saat ini berada di depannya. Ia memakai seragam yang sama dengan seragam sekolah yang biasa Airyn kenakan. Sepertinya ia juga bersekolah di Hirilos School. Tapi, tunggu dulu, sepertinya Airyn mengenali sosok tersebut, dan ia memutuskan untuk memulai pembicaraan.

“Permisi. Anda ingin memesan apa, Tuan?” tanya Airyn yang membuat sosok di depannya ini mendongak dan sekarang terlihatnya secara jelas siapa orang yang tengah ia perhatikan sedari tadi.

Deg!

Airyn begitu terkejut, melihat orang tersebut yang tak lain adalah Alex. Orang yang sering ia perhatikan secara diam-diam. Namun, Airyn dengan cepat mengalihkan pandangannya ke arah lain. Menyembunyikan semburat merah yang menghiasi pipi mulusnya. Dirinya tak mau Alex mengenali dirinya dan mengetahui ia bekerja di sebuah cafe serta melihat dirinya yang sedang blushing.

ALRYN [ON EDITING]Where stories live. Discover now