Interseksi Tokoh Utama dan Figuran

1.5K 186 15
                                    

Ada kaitan erat antara judul dengan kisah seorang gadis yang tak pandai, tak juga kaya, tak pula cantik, biasa saja. Tengah dimarahi oleh ibunya yang meresahkan masa depan gadis itu. Dan akhirnya si Gadis menjawab dengan kalimat pamungkasnya, "Jika orang lain mampu menjadi raja, maka aku cukup menjadi rakyat jelata yang bertepuk tangan atas kesuksesannya."

Itulah makna menghargai peran.
Jika semua orang menjadi raja, siapa yang akan memberikan tepuk tangan?

Maka sekarang mungkin kau berpikir, begitu sia-sianya usaha untuk menggapai ranking tertinggi. Begitu sia-sianya meraih popularitas selama ini.

Tentu tidak. Itu bukan esensi.

Pertanyaannya, siapa gerangan manusia di muka bumi ini yang bisa sepolos dan sekonsisten si Gadis dalam cerita?
Probabilitas yang cukup kecil untuk menemukan orang seperti itu. Bahkan mungkin tokoh seklise itu hanya dapat kau dapatkan di dunia imajinasi.

Ya, sangat jelas. Sebiasa-biasanya manusia, ia pasti ingin merasakan menjadi tokoh utama, paling tidak di dalam kisahnya sendiri, sekali seumur hidup.

Lalu bagaimana menyikapinya?

Tidak susah.
Kalau kau ingin menjadi tokoh utama, itu wajar, itu normal. Aku juga.
Maka lakukanlah! Dan akan kulakukan.
Kau adalah si Aku dalam POV-1. Atau si Anu yang paling sering disebut dalam POV-3.

Tapi jangan lupakan satu hal ini!

Kau adalah tokoh figuran di cerita lain. Aku pun juga. Maka di sisi lain, kerjakanlah peran kita sebagai tokoh pendamping.

Konkretnya adalah, jika kau penulis, maka jadilah pembaca di tulisan orang lain. Dukung mereka. Jangan malah menutup diri dan berharap kaulah satu-satunya tokoh utama dalam cerita epos kehidupan ini.

Kisah kita adalah bentuk interseksi tokoh utama dan figuran. Jadi berperilakulah sebagaimana irisan itu terbentuk. Natural.
:)

Dihembuskan oleh angin keprihatinan di sela jarak antara dunia kapuk dan selimut.

Fragmen DirgahayuWhere stories live. Discover now