Seinstan Apakah Kamu?

2.5K 252 33
                                    

Generasi akhir-akhir ini cenderung berpikir praktis dan itu terjadi secara massal, bukan hanya segelintir dua gelintir, namun kolektif.

Bukan hanya ngaruh ke menjamurnya produk makanan instan, tapi ke hal-hal yang berbau mitos dan spiritual yang susah sekali dijelaskan oleh logika.

Maksudnya disini orang-orang akan menolak hal yang rumit dengan segala tetek bengeknya, meninggalkan adat kuno dan memilih paham yang lebih ringkas.

Lucunya kita mengubah kerumitan itu menjadi bentuk lain. Sifat skeptis berlebihan, dan keharusan segala hal dibuktikan oleh sains dan terdengar masuk akal adalah salah satu contohnya.

Padahal Einstein sendiri yang bilang, ilmu / sains itu dibentuk dari imajinasi sebanyak 90%, dan logika hanya 10%. Bisa dibayangkan logika di dalam sains itu sendiri adalah bagian yang minor. Sementara bagian lainnya adalah imajinasi yang tingkat keabstraknya luar biasa. Terus kenapa sains bisa dipercaya, ya? Hehe. Bagaimana bisa logis disini, juga logis disana?
Mungkin indoktrinasi memang memegang kunci dari sebuah kepercayaan, termasuk terhadap sains.

Nah yang jadi pertanyaannya,
Mengapa tidak bisa memercayai intuisi karena tidak logis?
Mengapa tidak bisa memercayai kegaiban karena tidak berlakunya hukum fisika? (Padahal namanya udah gaib bukan fisik lagi, jadi jelasinnya mungkin bukan pake ilmu FISIKa, tapi ilmu GAIBa #apasih)

Haha, jadi kembali lagi deh, ke pertanyaan: seinstan apakah kamu dalam mempercayai sesuatu? Itulah kepribadianmu, yang hanya kamu yang tahu kadarnya.

Fragmen DirgahayuWhere stories live. Discover now