Chapter 10 : War Begins

3.9K 211 4
                                    

Hai readers ketemu lagi nih sama licia,licia kangen nih sama readers,kangen rindu gitu,hehehe...^.^

Licia buat chapter ini agak berbeda dari chapter yang lain,aku harap reader suka ya...^.^

~[Happy Read]~

Licia POV

Sudah 3 bulan berlalu semenjak kejadian itu

Selama 3 bulan itu semua orang melatih kekuatan dan memperkuat kekuatan mereka. Mereka juga bertanding satu sama lain untuk mengasah kekuatan mereka,terutama para keturunan legend,mereka tidak tanggung-tanggung menggunakan kekuatan mereka untuk bertanding,tapi tidak 100% mengeluarkan kekuatan mereka. Sedangkan Elena berlatih dengan kakaknya,Rose,Rayne,beserta keempat kakak Sara berlatih bersama. Karena terus berlatih,akhirnya kekuatan mereka meningkat,jauh lebih kuat dari biasanya,dan mereka siap untuk berperang yang dimana tinggal 3 minggu lagi.

****

Di malam hari,Sara selalu berada di taman bunga sambil duduk di bangku taman itu dengan melihat bintang-bintang di langit. Tanpa Sara sadari,ada seseorang yang sedang mengendap-ngendap dari,lalu orang itu mengejutkan Sara dari belakang "DOOOAARRR...." kata orang yang berada di belakang Sara sambil memegang pundak Sara sambil terkekeh melihat reaksi Sara yang sangat lucu dan gemas menurut orang itu. Sara sangat syok,terkejut,dan tubuhnya sekarang menegang karena dikejutkan seseorang,kemudian ekspresi Sara berubah menjadi sebal dengan orang yang ada dibelakangnya yang tidak lain adalah Eiden "EIDENNN....kau mengejutkanku TAUU...!! Hampir saja jantungku copot karena ulahmu Eiden....!!!" kata Sara sambil mengelus dadanya karena terkejut lalu menenangkan dirinya karena ulah sahabatnya yang di bilang sangat jail itu.

"Hahaha.....habisnya kau gemesin sih,sayang kalau sehari saja tidak mengerjaimu,jadinya yaa..aku kerjain deh hehehe....habisnya kau ngapain disini sendirian,aku melihatmu dari kejauhan,kau sedang melamun,memangnya apa yang sedang kau pikirkan??" kata Eiden sambil duduk di sebelah Sara.

Sara menatap Eiden dengan pandangan tidak percaya setelah mendengar kata sahabatnya itu "k-k-kau..se-se..maksudku,apa yang kau lakukan malam-malam disini,bukannya sekarang kau harusnya berada di kamarmu Den...???" kata Sara dengan bingung sambil menatap Eiden yang ada di sebelahnya. "Loh..kok kau balik nanya sih...iih...okeee...aku kesini karena saat aku berjalan menuju kamarku,aku melihatmu duduk disini dari jendela yang ada di koridor,jadi aku menghampirimu,sekarang giliranmu menjawab pertanyaanku Sara.." kata Eiden sambil mengerucutkan bibirnya ke depan,membuat Sara terkekeh lalu mencubit pipi Eiden dengan gemas "hahaha...kau lucu sekali kalau kau seperti itu..gemas rasanya...""iiiihh...kok malah ketawa sih..aku ngambek nih..!!" kata Eiden dengan pura-pura marah dan sebal dengan Sara sambil menahan tawa.

"Hahaha...oke okeee....haha...ak..akan..aku beri tahu...tapi tunggu se...bentar..." kata Sara sambil menahan tawanya dan mengusap air matanya karena tawanya yang tidak berhenti dari tadi. Setelah tenang,Sara melanjutkan perkataannya "Aku sedang memikirkan sesuatu...sesuatu yang selalu mengganjal di hatiku selama ini Eiden..entah ini benar atau salah..yang jelas sekarang aku berpikir semoga sesuatu yang aku pikirkan itu,tidak benar.." kata Sara sambil melihat bulan dan terhanyut dalam pikirannya.

Eiden yang mendengar dan menyimak perkataan Sara dari tadi mencoba mencerna semuanya maksud dari sahabatnya itu,tapi nihil...Eiden tidak mengerti sama sekali maksud dari perkataan Sara "Apa maksudmu Sara..aku tidak mengerti,dan apa yang kau maksud???" kata Eiden dengan bingung. Sara menatap Eiden,lalu dia memalingkan pandangannya ke bulan "Tidak,tidak ada apa-apa,aku cuma berpikir saja....oh iya Eiden,apa kau masih ingat dengan pria yang dulu telah menyuruh prajuritnya untuk membunuh kita semua saat kita masih kecil,kau masih ingat Eiden???" kata Sara sambil memandang Eiden.

"Tentu masih ingat,emangnya kenapa Sara??" kata Eiden penasaran. "Karena kita semua akan bertemu dengannya,segera..." kata Sara dengan ekspresi yang tidak bisa di artikan oleh Eiden. "Ohh....jika aku bertemu dengannya,aku ingin sekali mencabik-cabik tubuhnya itu,karena telah berani merenggut orang-orang yang kita sayangi..!!" kata Eiden dengan penuh amarah dan dendam yang selama ini dia pendam. Melihat sahabatnya marah,Sara mengelus lengan Eiden dengan lembut untuk menenangkan sahabatnya itu "Tenanglah Eiden....tidak kau saja yang merasa kehilangan,bahkan aku merasa lebih kehilangan,karena kejadian itu,aku kehilangan sosok kasih sayang kedua orang tuaku Eiden...." kata Sara di sela isakannya karena mengingat dia telah kehilangan kedua orang tuanya saat dia kecil.

Mengingat sahabatnya telah kehilangan orang tuanya sejak kecil,Eiden menarik Sara dalam pelukannya sambil mengelus kepalanya "Maafkan aku Sara..seharusnya waktu itu aku segera menolong kedua orang tuamu,mungkin sekarang kau bisa bersama dengan mereka dengan bahagia...maafkan aku..maafkan aku Sara..." kata Eiden dengan perasaan menyesal.

Lalu Sara melepaskan pelukannya dari Eiden dan menatap Eiden di sela isakannya sambil menggelengkan kepalanya "Tidak Eiden...ini semua bukan salahmu..aku tidak akan menyalakanmu,kalian berempat sudah terlalu banyak menyelamatkanku selama ini,justru aku yang minta maaf pada kalian karena telah menyusahkan kalian...hiks..." kata Sara di sela isakannya. Kemudian Eiden menghapus air mata Sara dengan ibu jarinya dengan lembut "Hei...jangan menangis Sara...itu sudah kewajiban bagi kami untuk selalu melindungimu,karena kau adalah satu-satunya keturunan legend perempuan dari kita semua dan bagi kami,kau sangat berharga untuk dilindungi.." kata Eiden dengan senyum manisnya.

Melihat ekspresi Eiden yang lucu,Sara terkekeh melihatnya "Hehehe....kau selalu saja bisa membuatku tertawa Eiden,terima kasih Eiden..." kata Sara sambil memamerkan senyumannya pada Eiden. "Apapun akan aku lakukan untuk bisa membuatmu tersenyum Sara" kata Eiden sambil mengelus kepala Sara.

****

Elena POV

Hari dimana telah tiba,hari yang dimana kami semua akan menyelamatkanmu dari tangan iblis itu Stella,hari ini kami akan kesana Stella,bersabarlah Stella,kakak akan menyelamatkanmu, 'tunggulah kakak Stella,kakak akan menyelamatkanmu dari sana...bersabarlah adikku...' kataku dengan telepati pada adikku.

~di tempat lain~

'Aku akan sabar menunggumu kakak...cepatlah datang kak Elena...aku rindu dengan kakak...' kata Stella dalam hati setelah mendengar kata dari Elena melalui telepati yang hanya bisa dilakukan oleh Elena saja.

****

Mendengar ucapan adikku,aku menarik nafas dalam-dalam lalu mengeluarkannya. Aku melihat sahabatku Sara berdiri tepat di sebelahku dan tersenyum padaku "Kita akan menyelamatkannya Elena..pasti!!" kata Sara dengan mantap,akupun menjawabnya dengan menganggukan kepalaku dan tersenyum.

Sebenarnya kami sudah mengetahui lokasi tempat adikku disekap tadi malam,berkat kekuatan Sara dan Eiden,mereka bisa berbahasa tumbuhan,Eiden meminta bantuan para peri untuk mencari lokasi dinama adikku disekap. Setelah mereka menemukannya,mereka memberi gambaran tempat itu pada kami para vampire,karena kami bisa berpindah ke suatu tempat yang jauh dengan teleportasi.

Setelah mengetahui tempat itu,kami sepakat akan berangkat kesana besok pagi,dan sekarang kami para vampire membaca mantra untuk membuka portal menuju tempat bernama 'Silver Dark Land',lalu kami semua masuk ke dalam portal tersebut,dan sampailah kami di tempat itu dan perang pun dimulai.

________________________

Hai Readers maaf ya kalau ceritanya kurang menarik dan jika ada salah kata bagi Readers,habisnya otak licia buntu karena habis ini licia ikut lomba nih

Lomba sains dan ada kedokterannya,dan juga lombanya itu se-asia tenggara Readers...bayangin deh,saingan licia banyak ya Readers^_^

Doakan licia bisa masuk babak selanjutnya ya Readers,dan terima kasih semuanya^.^

Oh iya Readers licia promosi nih...licia buat cerita yang kedua berjudul 'My Eternal Prince' semoga Readers suka ya dengan ceritaku yang kedua ini....^.^

Dan sepertinya chapter selanjutnya licia agak lama up-datenya,jadi di tunggu dengan sabar ya Readers,see you next time....^.^

The Legend Of Princess WerecWhere stories live. Discover now