Chapter four

391 14 0
                                    

"Danbi!”

Sehun berlari di tengah hujan dengan pakaian yang sudah basah sepenuhnya. Ia tertawa riang ketika Danbi berlari dihadapannya dengan senyuman manis diwajahnya. Tak peduli dengan tatapan aneh oleh ribuan pasang mata yang melihat mereka di tengah keramaian ibukota.

“Danbi! Berhenti berlari!”

Gadis itu membalikkan tubuhnya dan menjulurkan lidahnya pada Sehun. Setelah itu ia kembali berlari dan menyeberangi jalan raya.

“Danbi! Aku membenci hujan! Cepat kembali!”

Berlawanan dengan yang ia ucapkan, wajah Sehun semakin berbinar senang dan terus mempercepat larinya untuk menangkap gadis yang sangat ia cintai itu. Namun ketika hendak menyeberangi jalan raya, ia melihat Danbi sedang melambai kearahnya.

Semuanya pun menggelap.

Sehun meringkuk ketakutan ketika ia melihat ambulans datang. Sementara orang disekitarnya mulai menatap dirinya iba. Hujan turun semakin deras ketika petugas dengan pakaian putih mulai menuruni mobil ambulans. Ia melihat  tubuh ibunya di angkat menuju mobil ambulans dengan keadaan yang berlumuran darah.

Sehun pun mengalihkan pandangannya dan mendapati Sanghoon sedang terduduk dan menangis di seberang jalan. Adiknya yang masih berusia 2 tahun itu pun hanya dapat memeluk bonekanya erat sembari menahan perih di lututnya.

Air mata terus membasahi pipi Sehun, namun hujan yang cukup deras menghapus air mata pria itu seakan-akan memaksanya untuk tidak menangis.

Tepat sebelum sang ibu dimasukkan kedalam mobil, Sehun melihat sang ibu sedang menatapnya sendu. Wanita itu pun mengatakan suatu hal yang Sehun sendiri tak dapat mendengarnya. Seakan-akan waktu melambat, Sehun membaca gerak bibir sang ibu dan mendapatinya berkata.

“Jika kau membenci hujan, berarti kau juga membenciku.”

Dan sebuah suara yang memilukan terdengar di telinga Sehun.

Suara mesin yang menginformasikan detak jantung sang ibu,

Seketika menjadi suara yang panjang,

Tak berirama,

Tak bernada,

Lalu,

Berhenti.

RainWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu