Chapter two

642 21 0
                                    

Sanghoon tertawa ketika mendengar bahwa Sehun masih tidak menyukai hujan. Membuatnya bertanya-tanya bagaimana sang kakak masih belum bisa melupakan bagaimana takutnya ia dengan hujan. Sehun hanya dapat tersenyum palsu ketika Danbi dengan nyaman mengobrol dengan Sanghoon, membuatnya sedikit tidak nyaman karena ia merasa di abaikan.

"Kau masih tinggal bersama ayah?" Tanya Sehun pada akhirnya.

Sanghoon pun menoleh dan menatap sang kakak yang duduk disampingnya. "Tidak, ayah memutuskan untuk hidup sendiri untuk beberapa saat."

Sehun mengangguk. "Lalu kau tinggal dimana?"

"Di dekat sini. Apakah kau ingin berkunjung?"

Sehun terdiam sejenak, ia mengalihkan pandangannya dan menatap Danbi ragu. "Ten-"

"Maaf, Sanghoon-ah, tapi aku dan Sehun oppa sedang sedikit sibuk," ujar Danbi yang mengerti keadaan Sehun saat ini. "Mungkin lain kali kami akan berkunjung."

Sanghoon pun menatap Danbi, ia tersenyum lalu mengangguk. "Hm, aku mengerti keadaan kalian. Jika kalian butuh sesuatu, kalian bisa memanggilku. Omong-omong aku akan bekerja disini sampai kuliah ku selesai."

"Tentu." jawab Danbi.

"Baiklah, aku akan kembali bekerja," ucap Sanghoon seraya bangkit dari duduknya. "Sampai jumpa, noona, hyung."

Sehun menghela napasnya lega ketika Sanghoon tak lagi berada di dekatnya. Namun rahang pria itu terlihat mengeras dan sorot matanya seketika mendingin. Danbi pun yang melihat keadaan Sehun langsung mengusap rambut pria itu lembut lalu direngkuhnya wajah pria itu. "Semuanya akan baik-baik saja."

Pria itu masih terdiam, namun pandangan matanya tertuju kepada Danbi yang sedang menatapnya hangat. Danbi yang notabene tidak menyukai tatapan Sehun yang seperti itu pun menunduk dan melepaskan tangannya dari wajah Sehun. Ia menggigit bibirnya gugup lalu diraihnya tangan kiri Sehun yang sedang mengepal menahan emosi.

"Aku tidak menyukainya saat kau seperti ini, aku-"

Danbi menutup matanya kaget ketika suara petir seketika menggelegar. Tangannya pun mulai bergetar. "Aku-aku ingin-"

Kali ini cahaya kilat pun menembus kelopak mata Danbi, membuatnya semakin ketakutan dan menarik tangannya dari Sehun untuk menutupi wajahnya. "Aku ingin Oh Sehun."

Sedetik kemudian, Danbi dapat merasakan sesuatu yang hangat membungkusnya. Ia tau bahwa Oh Sehun kini sedang memeluknya dan menahan rasa takut yang membuncah di dirinya. Namun ketika suara petir kembali menggelegar, Danbi segera bersandar di dada Sehun dan menutup telinganya. "Ti-tidak. Ibu-"

.

.

.

"Kau sudah bangun, Putri Hujan?"

Danbi tersenyum tipis ketika Sehun menyapanya segera setelah ia keluar dari kamar mandi. Pria itu hanya mengenakan handuk putih yang menutupi pinggang hingga bagian lututnya dan memamerkan tubuh kekarnya yang tidak ditutupi apapun.

Sehun meraih pakaian yang tergantung di balik pintu kamarnya dan memakainya begitu saja tanpa mempedulikan tatapan Danbi yang terus membuntutinya kemanapun ia pergi. Pria itu pun menggantung handuk yang ia pakai lalu menghampiri Danbi yang sedang terduduk diatas ranjang.

"Kau tertidur saat petir menggelegar. Jadi, aku meminta tolong Xiu untuk menjemput kita dan membawa pulang mobil yang kita gunakan." Jelas Sehun tanpa diminta.

"Maaf."

Sehun tersenyum, ia pun duduk di samping Danbi lalu meraih tangan dingin gadis itu. "Untuk apa kau meminta maaf?"

RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang