Part 12

6.6K 651 17
                                    

Dyta sebagai satu-satunya yang tahu keadaan Willy sekarang selain Jay dan Aben, rajin menjenguknya di rumah sakit. Dia masih belum diijinkan Willy untuk ngasih tahu keadaan yang sebenarnya pada Ranti. Padahal, Ranti sudah setengah mati rasanya mau nyusul Willy naik gunung. Dia masih percaya kalau Willy naik gunung bersama teman-teman SMA, bukan Guruga. Makanya, kebohongan mereka belum kebongkar. Sama halnya dengan kyora. Hebat sekali mereka membohongi semua orang. Mereka benar-benar berbakat!

Siang ini, Dyta mendapati Willy hanya seorang diri tanpa dua penjaga setianya. Keadaan Willy sudah jauh lebih baik. Rasa sakit luka-lukanya juga sudah berkurang, hanya bekas lebamnya yang masih kelihatan. Sakit-sakit pada bagian yang dihajar Aben di tubuhnya juga sudah berangsur hilang. Pokoknya, bisa dikatakan dia sudah 80% sembuh.

"Kemana mereka?" tanya Dyta saat masuk dan kehilangan dua orang itu.

"Masuk kuliah. Ada kuis katanya!"

"Lihat kamu, Wil! Dasar cari penyakit!" Dyta duduk di sofa di depan ranjang Willy.

"Jadi, kamu bisa menyimpulkan ini bukan salah Aben, kan?"

Dyta terdiam. Dari kalimatnya barusan, jelas dia menempatkan Willy pada posisi yang salah, bukan sebagai korban amukan Aben.

Willy tertawa "Kamu nggak usah pura-pura lagi! Kamu nggak capek?"

"Maksud kamu apa?"

"Siapa saja bisa tahu kalau kamu nggak bisa marah sama Aben! Aben masih ada disana!" kata Willy. Dia mengangkat tubuh bagian atas untuk bersandar di head ranjangnya dan menatap Dyta.

"Yeah, setiap orang juga tahu siapa yang paling sakit!"

"Dyt, kalau kamu mau tahu, sesakit apapun kamu, Aben lebih sakit, dia lebih menderita!"

"Dia emang pantas lebih menderita!"

"Aku juga ngerasa memang aku yang salah sudah ngebocorin semuanya ke kamu! Aben sudah lama mau ngasih tahu kamu yang sebenarnya, cuma dia belum nemu waktu yang pas!"

"Wil, sudahlah!" kata Dyta.

"Jangan sampe kamu nyesal! Cowok kayak Aben itu, egonya juga tinggi. Harga dirinya bisa kamu lukain kalau kamu terus-terusan nginjek dia!"

"Aku nggak nginjek dia! Aku hanya ngerasa, penjelasan dia nggak akan ngerubah apa-apa!" kata Dyta frustrasi.

"Kamu tahu benar kamu sayang sama dia, sangat sayang malah!"

"Willy, please."

"Aben juga sayang sama kamu, Dyt. Sudah lama! Taruhan itu, oke, dia memang termakan sama omongannya sendiri waktu itu! Tapi itu dulu, dua tahun lalu, hampir tiga tahun malah! Dan kamu sudah membuat dia benar-benar jatuh cinta!"

"Kedengarannya manis banget, Wil!"

"Dyta, aku sama kamu dan Aben sahabatan dari dulu. Jadi, tolong bisakah kalian bersikap layaknya orang yang punya otak?"

"Hei!"

"Ini nggak akan selesai kalau kalian kayak gini terus. Kasih dia kesempatan buat ngasih tahu kamu semuanya, terlepas ntar kamu mau percaya atau nggak! Berhenti nyakitin diri sendiri!"

"Kamu juga, berhenti mikirin ini dan cepat sembuh!"

"Karena aku ngerasa ini semua gara-gara aku!" katanya. Tatapan matanya tampak serius.

Dyta balik menatapnya. Kalau dia merasa berterima kasih pada William karena telah memeberi tahu semua kebohongan Aben, sebaliknya, Willy merasa dia bersalah membuat dua orang itu begini. Memang benar, dia yang paling tahu bagaimana dua orang ini saling mencintai dan menyayangi satu sama lain. Makanya, dia sendiri merasa bodoh, sakit, dan bersalah sekarang.

Tukar PacarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang