Aku mengangguk lagi.

"Bu, lihat siapa ini?" Pak Omar datang bersama Bu Mila dan Bu Amelia.

Amelia?

Bu Ratih terlihat kaget. Melihat antara Bu Mila dan Bu Amelia.

"Kok kalian bisa ketemuan?"

Mereka saling pandang dan tersenyum.

"Gini loh tante...sepupunya Mbak Amel tuh nikah sama Bang Anjar..." kata Bu Mila.

"Anjar kakak tiri kamu?"

Bu Mila mengangguk.

"Oh. Jadi kalian memang janjian?"

Keduanya mengangguk.

Pak Omar bersikap ramah. Meminta keduanya bergabung, bahkan mentraktir makan. Dari sikap Bu Ratih aku bisa menilai. Beliau suka pada Bu Mila, tapi tidak pada Bu Amelia.

Kurasa aku tahu alasannya. Dia perempuan yang telah membuat putranya patah hati dan hengkang ke Portland.

Aku ingat sehari sebelum keberangkatan suamiku, ibunya sangat sensitif. Mudah menangis. Saat mengantarnya ke bandara, beliau tak henti-hentinya memeluk dan menciumi putranya. Memintanya untuk berubah pikiran dan tinggal kembali di Jakarta.

Aku istrinya hanya bisa diam. Tak bisa memeluk apalagi menciumnya.

Keikutsertaanku ke bandara saja sudah bikin aneh keluarganya. Berhubung Mas Adam yang meminta secara khusus, mereka mengiyakan saja.

Sebenarnya Mas Adam banyak sekali memberi pertanda tentang ketertarikannya padaku. Perhatiannya. Jelas. Tapi tak satu pun keluarganya ngeh.

Walau mereka sering mempertanyakan sikap Mas Adam terkait diriku, tapi kemudian pertanyaan tersebut menguap begitu saja.

Sepertinya mereka sama sekali tak menduga kalau aku adalah perempuan pilihannya.

Berbeda dengan Bu Ratih, suaminya bersikap lebih cair. Kalau pun ada ketidaksukaan pada Bu Amelia, tidak diperlihatkan.

"Hai, Nastiti kan?" kata Bu Amelia.

Aku mengangguk.

"Kalian saling kenal juga?" tanya Bu Ratih bingung.

Bu Mila dan Bu Amelia tertawa kecil sambil saling memandang.

Bu Ratih memandangi mereka masih menunggu jawaban.

Lalu Bu Amelia berdehem sebelum bicara.

"Begini tante...waktu nikahan Karissa, saya datang bersama Bang Anjar dan istrinya, serta Mila. Nah, saya juga tentunya ketemu dengan Adam..."

"Maksud saya sekalian silaturahmi. Mumpung Adam ada di Jakarta. Saya gak ada maksud lain...tapi kemudian..." Bu Amelia mulai menatapku. "...saya dikenalkan dengan seorang perempuan yang diakui Adam sebagai calonnya..." Tatapan Bu Amelia tak beralih dariku.

Jantungku berdegup kencang. Takut. Cemas. Khawatir.

"Siapa?" Dengan lantang Bu Ratih bertanya.

Rumahku, di Hatimu (The Beginning of Undeniable Love Series)Where stories live. Discover now