Setelah memanaskan mobil Honda Jazz biru yang kata Nastiti kepunyaan Karissa. Aku memintanya masuk.

Sejak awal, Nastiti tampak gugup.

"Kenapa kamu?"

Dia menggelengkan kepala. "Kalau Bu Rissa tahu bagaimana?"

"Tenang saja. Saya tanggung jawab."

Aku sudah mengirim pesan pada Karissa. Dia belum balas. Mungkin masih tidur. Nastiti ada ujian jam 7 pagi ini. Kami berangkat dari rumah jam 5. Takut keburu macet. Ini Jumat. Biasanya Jumat pagi macetnya gila. Setidaknya itu kata Nastiti. Mana aku tahu. Sudah 10 tahun aku tidak tinggal di Jakarta.

"Lebih baik datang awal daripada telat." Itu kata Nastiti.

Aku berdehem. "Jadi kamu beneran kuliah?"

Nastiti mengangguk. "Ibu bilang kalau saya bisa masuk negeri, boleh kuliah. Ibu yang bayar."

Menarik.

"Oya?"

Dia mengangguk.

"Sudah lama kamu kerja di rumah?"

Mengangguk lagi. "Sejak SMU. Saya keponakan Bi Mae. Dua bulan sebelum tamat SMP Bi Mae kirim surat ke Pangalengan. Nyuruh saya ikut ke Jakarta. Kerja di rumah Bu Ratih. Katanya kalau mau, nanti di sekolahin," terangnya dengan logat Sunda kental.

Bi Maemunah adalah pembantu di rumah. Sudah bekerja sejak aku masih SMU. Tapi tidak pernah sendiri. Rumah memang cukup besar. Pekarangan juga lumayan luas. Dari dulu selalu ada dua orang pembantu.

Tebakanku, pembantu kedua resign. Lalu entah bagaimana pilihannya jatuh ke keponakan Bi Mae. Pembantu setia ibu yang sampai saat ini masih mengabdi.

Apapun itu yang pasti Nastiti bukan sembarangan pembantu. Dia tidak hanya di sekolahkan bahkan hingga bangku universitas tapi juga dibelikan motor. Mmmh. Menarik.

"Kamu...kuliah belajar apa?"

"Tata boga."

Aku mengerutkan dahi. Jangan-jangan...

"Kue kemarin buatan kamu?"

Dia mengangguk. Pantas saja kemarin seperti malu-malu saat menyebut kue itu. Aku tersenyum. "Kue itu...enak..."

Nastiti langsung menatapku tak percaya.

"Serius," kataku. Lalu ku ceritakan soal pembicaraanku dengan Nathan, Mell dan yang lainnya.

"Nih baca sendiri aja kalau gak percaya," kataku sambil memberikan hp ku padanya. Lalu ku beritahukan password untuk membuka hp ku.

Ragu-ragu Nastiti menerimanya. Lalu menatapku sekali lagi seolah ingin memastikan.

"Ayo. Buka aja..."

Perempuan berambut panjang hitam tebal tergerai hingga setengah panjang punggungnya itu akhirnya membuka dan membaca percakapan kemarin.

Dia mengerutkan dahinya. Tapi tak komentar.

"Kenapa?"

Jangan bilang kamu tidak mengerti Bahasa Inggris.

Dia menggelengkan kepala.

"Kenapa?"

"Mmmhh..."

"Apa?"

"Uhh...itu...mmmh...bahasanya..."

"Ya? Kenapa? Kamu...ngertikan?"

Nastiti mengangguk.

"Lalu? Ada apa?..."

Dia terlihat ragu-ragu.

"Gak apa-apa. Santai aja. Kenapa?"

"Mmmh....bahasanya...uhh....ka...sar..."

Oh. Shit. Riiight.

***

Menunggu Nastiti di kafetaria dekat kampusnya. Ku kerjakan sejumlah urusan menggunakan laptop. Sambil menikmati sarapan dan secangkir kopi.

Setelah beberapa lama, aku menerima pesan dari Karissa.

Karissa : Pake mobilku buat nganter Nastiti ke kampus? Serius?

Aku : Serius.

Karissa : Kenapa? Kurang kerjaan?

Aku : Jetlag.

Karissa : Hihi. Btw. Cuma nge-drop doang kan?

Aku : Gak. Aku tungguin. Katanya jam 11 kelar.

Karissa : Seriusan nungguin? Hati-hati ada yang cemburu.

Huh. Siapa? Tiba-tiba possessive instinct muncul. Untuk pertama kalinya. Setelah sekian lama.

Aku : Nastiti punya pacar?

Sialan!

Karissa : Bukan. Maksudku Mila. Kalau Nastiti sih aku gak tahu. Kalau pun dia punya pacar, bukan urusan kita kan..."

Ya. Itu jadi urusanku!

What. The. Hell.

Karissa : Btw. Ntar malem kita mau nge-nav. Ikut ya?

Huh.

Aku : Nge-nav?

Karissa : Hihi. Sorry lupa. Punya kakak orang asing. Nav. Tempat karaoke. Ikut ya? Pliss.

Aku : Knapa?

Karissa : Mila pasti seneng banget. Dia ngarep tau....ikut ya? Ya...pliss...

Aku : Gak.

Karissa : Hihi. Liatin aja pasti ujung-ujungnya ngikut juga.

Aku : Kenapa?

Karissa : Ibu pasti maksa. Hihi.

Riiight.

Huh.

Aku : No. Thanks.

Karissa : Kasian dong Nastiti.

Aku : Nastiti?

Karissa : Ini hari ultahnya. Aku janji mau ajak dia karaoke asal Mila ikut. Biar abis karaoke ada yang anterin Nastiti pulang. Aku lanjut hang out berdua Donny. Masalahnya, Mila ogah kalau Mas gak ngikut.

Nastiti ulang tahun hari ini?

Aku : Kalau gitu, bilang Mila dia gak usah ikut.

Rumahku, di Hatimu (The Beginning of Undeniable Love Series)Where stories live. Discover now