What the.....

179 15 3
                                    

"Jen, kamu ngapain aja sih di Paris? Sibuk banget?" Rasti berdecak disela-sela 'dakwah' nya. Rupanya, satu bulan nggak ketemu sama kakak satu-satunya itu, Rasti tampak berubah. Ditambah lagi, ia dapat kabar kalau dua hari lagi adalah hari pernikahan kakaknya, sekaligus sahabatnya, Daffa.

Daffa.
Bocah slengean kayak dia aja bisa dapet istri, Jen. Masa lo kalah....

Kata Farid yang masih teringat diotaknya.

"Bantuin gue kabur dong, Jen... lo kan ahli beginian,"
"Kabur? Daffa tuh udah paling maksimal lah buat ukuran lo mah kak,"

Memang terdengar miris
Tapi kalau dilihat sendiri, wajah Daffa hampir menyerupai dirinya. Kalau wajah Jendra dipenuhi cool yang berlebihan, Daffa overdosis kemanisannya. Lagian, Daffa cowok yang baik-baik dan Jendra benar-benar tahu seluk-beluk sahabatnya itu

"Lo sama aja, Jen. Gue bisa stress nih, mati muda deh gue!"

"Hush, mati muda gimana sih Ras.. kan nanti lo malam pertama noh. Katanya sih, kalo udah 'begituan' jadi awet muda. Serius"

Rasti kesal mendengar Jendra makin lama bicara, yang nggak sama sekali belain Kakaknya sendiri itu dan ketimbang memilih membela sahabatnya yang rada segrek macam Daffa, calon kakak iparnya.

"Untung kamu di Paris,"

"Kenapa?"

"Lo selamet dari tangan gue yang gatel mau nyekek lo! Lo adek gue apa Daffa sih sebenernya?"

Jendra terkekeh pelan, masih ingin membuat kesal Rasti lebih lama. Ya, jarang-jarang ia merasa ingin bercanda layaknya sekarang. Biasanya kan...

Taulah hidup Jendra. Datar. Lempeng. Jadi kalo dia bercanda, lucu nggak lucu, ketawain aja. Rasti kasian.

"Gue bakal jadi adek iparnya Daffa. Kan?"

"Sssssh!!" Ia tahu kalau Rasti pasti sudah jengkel setengah mati.
Niat Rasti menelfon adiknya untuk menghapus kekangenannya itu udah buyar seketika tau Jendra banyak berubah

"Udah dulu Ras, gue ada job. Besok gue sampe Jakarta. Cepet kasih gue keponakan!"

"JENDRAAAAA!"

Tutttt.....

***

Jam 10.
Rama masih sedia begadang sejak kemarin karena beberapa lembar kesalahan dokumennya.

"Ck! Kapan gue selesainya kalo gini?" Ia mendecak lagi, kali ini bukannya marah karena kesalahannya lagi. Tapi karena matanya yang ditutup oleh orang dibelakangnya

"Ra udah dulu ah. gue lagi sibuk banget,"

Ara yang tadinya berharap Rama ketakutan seperti biasanya itu memajukan bibirnya cemberut sambil duduk di sofa dan mengambil remote tv

"Kamu lagi ngapain?"

"Kamu galiat, apa pura-pura nggak liat sih Ra.." katanya masih tetap mengetik

"Huh yaudahh. Padahal Ara bawa nasi padang loh!"

Rama yang semula sibuk dan ingin marah mendadak menoleh cepat kearahnya. No. No. Tepatnya ke arah plastik ditangannya!

"Nggak mungkin ada yang jual nasi padang di Paris, Ara.."

"Nih. Buka kalo nggak percaya. Aku bawa 4 bungkus!"

Dengan cepat diambilnya plastik berisikan nasi padang yang aromanya bahkan udah buat Rama senyam-senyum sebelum membukanya.

"Ini beneran nasi padang, Ra!!"

Steal My BoyWhere stories live. Discover now