Unexpected

194 26 8
                                    

"Ra, bangunnn"
"Sssttt berisik. Ganggu tau nggak!"

Memang susah kalau udah berhubungan sama kebo yang menjelma jadi cewek manis nan polos macam Ara. Jendra tak bisa berbuat apa-apa selain melihati lekuk wajah wanita didepannya, matanya tertutup sempurna, bibirnya terbuka sedikit membuat Jendra terkesima sebentar, ya hanya sebentar begitu melihat buku karya J.K Rowling itu masih berada di dadanya, tangannya bahkan masih memegangi buku itu dengan erat

"Kamu beda kalo lagi tidur, nggak berisik," lirihnya dan segera mengangkat tubuh Ara kedalam gendongannya. Membawanya kedalam kamar, jangan mesum.. bukan ke kamar Jendra kok!

"Berat banget sih lo ternyata," gumamnya sesaat karena kesusahan membuka pintunya. Putri tidur ini kayaknya suka banget makan, ditubuhnya yang kecil itu ternyata bisa jadi beban juga

***

Tangan Rama kembali dikepalkan. Memukul udara kosong didepannya, seakan-akan ia sudah berhasil memukuli wajah lelaki menyebalkan yang entah karena apa bisa membuat Ara jatuh hati setengah mati padanya!

Tidak masalah, baginya kalau hanya satu orang itu yang menyukai Ara. Yang ia tahu pun, Jendra tidak pernah menaruh perasaan apapun pada wanitanya. Ya walaupun kali ini dengan perkiraan yang sungguh sangat diragukan.
Insting seorang pria tetap saja cetek terlebih masalah cinta-cintaan, ya intinya beda sama cewek

"Lo manggil gue?" Rama menolehkan pandangannya kedepan, "sejak satu jam lalu, bodoh!"

Lelaki bermata hijau itu terkekeh pelan, sudah lama tidak mengunjungi Rama membuatnya hampir tidak mengenali sahabatnya yang semakin lama semakin galak itu, dan sekarang ia harus menerima jitakan keras dari tangan Rama yang tiba-tiba

"Kenapa menjitak? Paris buat lo makin garang, sob" katanya dan segera membalas jitakan Rama

"Hasssh, udah. Gue nyuruh lo kesini, buat bantu gue. Bukan malah ngajak gue ribut, please"
"Serius amat, kenapa sih? Eh gue ada calon nih, lo bisa.."

"Berhenti ngoceh, fer. Ga penting" ungkapnya menahan kesal. Lagi-lagi anak itu mencarikan calon istri untuknya, ya... sebenernya itu modus supaya dia bisa lebih deket sama si cewek, ya itu modusnya, sok jadi mak comblang! Pinter ya anak satu itu?
Sampe kewalahan Rama punya teman semacamnya

"Oke, apa yang bisa saya bantu, kakanda?" Rama menatapnya geli
"Najis,"

"Gampang, lo cuma bantu gue nyingkirin orang macam dia aja, bisa?"
Tangannya terarah untuk meraih handphone Rama itu, dan setelahnya bisa dipastikan tatapan tajam yang mengerikan tiba-tiba itulah yang buat Rama menjauhkan posisinya seketika

"Lo nggak papa?"
"Yaudahlah, gue cari orang lain aja, thanks. Mata lo biasa aja dong" sementara Rama masih menjauh, temannya itu kemudian tersenyum miring, ide brilliant yang baru saja didapatnya menghasilkan kekehan licik khas suaranya

"What! Lo yakin? Gak gak... gue gak mau sampe segila itu" mendadak Rama menghindar dari jangkauan Ferdi, mencoba meluruskan fikiran gila temannya itu, tapi pasti lagi-lagi percuma, perkataannya hanya kiasan sepertinya

"Siapa yang ajak lo?"
"Nah.. itu tadi?" Ferdi menoyor kepalanya, "bodoh. Pantes Ara nggak mau balik sama lo, lemotnya maksmimal gitu," katanya cuma-cuma

Beruntung kalau Rama adalah temannya. Kalau bukan pastilah Ferdi juga akan jadi rivalnya. Nasibnya akan sama seperti Jendra. setidaknya, begitulah..

"Ye tahik. Tapi awas lo bawa-bawa nama gue," ancamnya
"Ancaman lo basi" Rama mengepalkan tangannya diudara. Dihempaskannya kuat-kuat setelah sadar tatapan Ferdi seperti ingin membunuhnya. Mengerikan.

Steal My BoyWhere stories live. Discover now