Si 'masalah besar'

451 38 9
                                    

Jendra sudah siap pulang. Akhir-akhir ini, kesibukannya masih tetap sama seperti 2 bulan terakhir. Kasus yang terjadi antar Koruptor, dan yang satunya terlibat pembunuhan massal. Tidak ada yang benar.

Kalau bukan karena ibunya yang terlalu menginginkan anak laki-laki satu-satunya ini sebagai Advokat, dia tidak akan pernah mau menjadi sangkut paut masalah orang-orang yang mencarinya hanya karena butuh pembalaan yang salah.
Dulu, sempat Jendra berkata dengan lapang dimuka umum jika semua yang ada ditempat tidak ada yang benar, lalu kenapa harus dibela? Dia sangat tahu pekerjaannya ini makin lama makin ngawur

"Kau serius menyetir nggak sih, Jen? Biar gue yang gantiin sini, lo capek banget"
Ia menoleh, mendapati Daffa disampingnya dengan tatapan khawatir sepertinya. Daffa adalah seorang Jaksa -yang sama dengannya. Tidak terlalu niat dengan pekerjaannya-

"Gue mau berhenti rasanya, Daf" Tukasnya sambil memijat keningnya, tampak lelah sekarang, "Berhenti? Lo yakin? Janganlah. Lo mau kerja apa bro?"

Pertanyaan yang lagi, selalu sama dengan berbagai macam pertanyaan lainnya yang saling menyanggah tutur kalimat keluhannya. Tidak ada bedanya, fikirnya

"Nanyanya selain itu, apa gak bisa?"
"Ya terus? Gue peduli men, seenggaknya kalo lo mau berhenti dan keluar dari hukum neko-neko ini, lo pikirin dulu, lo cari pekerjaan yang bisa lo kerjain, asal banget sih sikap lo lama-lama," merasa disalahkan, bukannya mencarikannya sebuah jawaban untuk keluar dari lingkaran hukum yang melekat padanya, membuat Jendra menggeram frustasi.

Sudah cukup rasanya hari ini dibuat pusing oleh pekerjaan yang penuh kebohongan, juga wanita sinting tadi pagi. Jendra mengusap wajahnya, tapi tetap fokus terhadap jalanan

"Sorry, Jen. Abis lo gitu sih, suka ceroboh, gue males bantu lo lagi ah kalo ada masalah apa-apaan. Nyangkut hukum soalnya. Gak lagi-lagi, thanks!" Daffa memutar kembali ingatannya setahun yang lalu. Tentu saja mereka akan satu ruang, di ruang pengadilan. Dengan Jendra yang masih membawa Tn. Derson sepertinya sih namanya, kalau tidak salah ingatannya. Dengan lantang, padat, singkat, dan jelas semua orang disana pun bisa mendengar pengakuan yang entah dia pikirkan atau tidak sebelumnya. Temannya itu sangat berani mengatakan apa yang dia tahu tentang penggelapan pajak dari Derson, yang tentu saja berakhir dengan Derson yang langsung masuk jeruji besi 15 tahun lamanya.

"Lo mau balik apa kemana? Gue ada janji sama Rasti dirumah,"
"Wettt tumbenan, bisa dong gue minta nomornya? Minimal itu aja sih, sob" melihat Jendra yang menggelengkan kepalanya dengan wajah datar layaknya papan triplek, Daffa mendengus kesal

"Berhenti ngejar kakak gue. Dia mau nikah bulan depan" sepersekian kalinya, dia merasa jijik lama-lama punya teman dekat layaknya Daffa ini. Betapa pandainya dia merubah setiap ekspresi menggelikan seperti sekarang. Wajah sedihnya ingin sekali dirauknya!

"Gaasik lo, bukannya jadi mak comblang. Bisanya manasin hati gue doang, pantes ga laku" Daffa terkekeh geli saat kalimat akhirnya di pelankan, tentu supaya Jendra nggak ngamuk sekarang. Ya setidaknya tunggu sampe dia sukses diantar pulang, setelahnya sih terserah deh

"Lo kira gue budek,"
"Serem gila muka lo. Siapa sih gitu yang gak geregetan sama lo, cewek banyak, apalagi yang suka sama lo, tuh dulu si Kintan malah mau jadiin lo pacarnya ketimbang pengacaranya hahaha. Cantik iya, pinter iya. Aduh selera lo kayak gimana sih, gue penasaran"

Senyumnya muncul. Difikir-fikir, satu hari penuh dia terus dikelilingi orang-orang yang sangat getol sekali bicara panjang lebar. Bukannya kesal, tapi terkadang dia sendiri tidak tahu jelas apa maksud yang dikatakan setelahnya. Daffa memojok kearah pintu mobil, menarik jauh-jauh tubuhnya sejak merasakan aura aneh dari temannya

"Lo gila apa gimana?"

"Kok lo bawel ya Daf akhir-akhir ini? Kesambet apa lo?" Jendra tertawa singkat. Bisa dihitung lah, mungkin selama 3 detik dan tawanya itupun hilang ditelan dinginnya malam, tepatnya sih dinginnya Jendra. Karena auranya memang berbeda

Steal My BoyNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ