Dan, semenjak kejadian di UKS itu, Nathan jadi lebih memperhatikanku. Entahlah.

Aku membuka pintu ruang musik pelan, kulihat Bu Yuna sedang duduk di depan bangku Grand Piano berwarna putih.

Aku menghampirinya, "Ada apa ibu manggil saya?"

Bu Yuna menengok, lalu tersenyum, "Begini, ibu memperhatikan nilai musikmu selalu bagus. Ibu mau nanti saat kelas duabelas mengadakan perpisahan, kamu memainkan piano. Bisakah?" kata Bu Yuna bersemangat.

Aku bimbang. Apa jadinya kalau aku bermain piano dihadapan kakak-kakak anak kelas duabelas?

"Saya akan pertimbangkan lagi bu," kataku sambil tersenyum tipis.

Bu Yuna ikut tersenyum, "Diusahan bisa ya. Ibu sangat berharap."

Setelah itu, aku pamit untuk pulang dan segera keluar dari ruang musik. Sekolah sudah mulai sepi. Tanpa berpikir panjang, aku langsung mengambil ponselku lalu menghubungi Bang Devan.

"Halo Bang? Dimana? Jemput ya."

"Oke. Gue ada rapat Osis sebentar kira-kira lima belas menit. Tunggu aja."

"Oke."

Sambungan terputus.

Aku memasukkan kembali ponselku lalu berjalan ke kantin untuk membeli minum.

Aku berjalan ke kantin dengan santai, menikmati koridor sepi. Kayaknya enak kalo koridor sepi kayak gini, batinku.

Setelah sampai di kantin, aku langsung berjalan stan yang menyediakan berbagai macam jus.

"Bang, jus Alpukatnya satu ya," kataku sambil tersenyum.

"Susunya cokelat atau putih?"

"Cokelat!" sahutku cepat.

Setelah itu aku duduk di meja yang terletak tak jauh dari stan tersebut. Aku menghela nafas jengah. Lalu mulai membaca novelku. Lima belas menit itu cukup lama.

Tak lama kemudian, pesanan ku datang. Aku pun langsung menyeruput jus yang kupesan tadi.

"Kayla!!" aku menelan jusku secara cepat. Terlalu kaget dengan suara yang melengking itu.

Aku mendongak, ternyata Gradixon beridiri disana. Aku menghela napas lagi. Aku tidak ingin berargumen bersama Gradixon sekarang.

"Kenapa lo belom pulang?" tanya Kak Amel sambil mengibaskan rambutnya.

"Nungguin dijemput, Kak." kataku sambil menunduk. Tunggu?! Aku bilang apa barusan?

"Dijemput siapa? Pacar lo? Punya pacar emang?" tanya Kak Rachel sambil tertawa.

Aku menggerutu dalam hati, Kayla bodoh. Batinku.

"Bisa gak kalian sehari aja gak usah gangguin Kayla?" suara berat dari seseorang membuat semuanya yang sedari tadi tertawa langsung terdiam.

Aku mendongak, ternyata itu Nathan.

Aku merasakan darahku berdesir. Jantungku berdetak sangat kencang.

"Eh, Nathan. Belum pulang?" tanya Kak Amel sambil mengerlingkan matanya.

"Bukan urusan lo, Mel." kata Nathan tegas. Gradixon langsung terdiam.

Dalam hati, aku terseyum kemenangan.

"Mending lo semua pulang, karena lo semua bikin gue muak!" ucap Nathan dingin. Namun tetap membuat Gradixon tak berkutip. Bagaimana tidak? Kalian sedang berhadapan dengan Nathan Arsetyo. Cowok yang dikenal bad di International SHS.

Tanpa ba-bi-bu, Gradixon bubar dan meninggalkanku dengan Nathan berdua.

Aku mendongak, "Makasih. Hari ini kamu udah banyak nolongin aku."

Nathan hanya mengangguk. Aku mencibir. Sifatnya gak jauh beda sama, Arvin.

"Nath, pulang gak?" tiba-tiba suara yang sangat aku kenal, terdengar di telingaku.

Dia, Arvin.

Aku mendongak, Nathan hanya mengangguk pada Arvin lalu Arvin melongos pergi begitu saja.

"Gue duluan." katanya datar.

Aku hanya mengangguk, kemudian Nathan pergi meninggalkanku. Aku kembali duduk sambil membaca novelku.

Sambil memikirkan kenapa Nathan sangat baik padaku.

Ponselku bergetar, aku langsung mengambil ponselku dan mengangkatnya.

"Gue udah di parkiran."

Tanpa menjawab, aku langsung memutuskan sambungan lalu berjalan ke parkiran. Kulihat mobil Bang Devan sudah terparkir rapih di tempat parkir.

Aku memasuki mobilnya, lalu melihanya yang sedari tadi tersenyum-senyum sendiri.

"Kenapa?"

"Cewek-cewek disini cantik juga. Jadi pengen pindah sekolah." kata Bang Devan sambil melihat-lihat kearah luar jendela.

"Gak boleh!"

"Kenapa?" katanya bingung.

"Gradixon udah kenal kamu. Terus mereka bully aku. Gimana kalo kamu sekolah disini? Dibunuh kali aku." kataku sambil mengerucutkan bibir.

"Oh, Gradixon. Ada mantan gue tuh." katanya santai sambil menyalakan mobilnya.

Aku melebarkan mata, "Siapa?"

"Ara."

"Pantes dia gak pernah ikut bully aku. Cuma diem terus natap dingin. Model-model Arvin."

Aku yang menyadari ucapanku barusan langsung menutup mulutku.

"Lo suka Arvin?"

Aku menggeleng, "Enggak. Yakali. Bad boy gitu."

Bang Devan hanya diam, setelah lima menit kemudian dia bersuara, "Gue bakal pindah sekolah kalo lo beneran suka sama Arvin."






****

A/n

Halooo.. asikk senin UTS. Gila gue senin UTS:') siapa yang senin UTS juga? Wkwkw.

Oke ini apdetan selanjutnya yak wkwkw.

Mohon vote dan commentnya. Terimakasihh.





Arvin & Kayla [SLOW UPDATE]Where stories live. Discover now