04 - sakit hati

Začať od začiatku
                                    

Aku menengok ke arah punggungku. Terdapat kertas bertuliskan 'saya orang gila' disana. Dengan kesal, aku mencabut kertas itu dari punggungku lalu keluar kelas.

Berlari.

Adalah opsi terbaik untuk saat ini.

Masa bodoh dengan pelajaran pertama Matematika, Aku masih terus berlari.

Sampai tak sengaja aku menabrak bahu seseorang.

Aku mengusap airmataku lalu mendongak.

Dia, Arvin.

"Ma-- Maaf." kataku lalu berlari secepat mungkin.

Akhirnya, aku sampai di gudang. Tempat yang menurutku paling tenang dan damai. Walaupun sedikit menyeramkan.

Aku menyandarkan bahuku pada dinding gudang. Hawa dingin langsung menjalar pada tubuhku. Aku memeluk diriku sendiri. Terisak dalam keheningan. Menangis mengeluarkan amarah yang mengebu.

Hingga aku merasakan pening dikepalaku dan darah yang mengalir dari hidungku.

Dan, semuanya menjadi hitam.

***

Aku mengerjapkan mata saat ada benda basah yang menyentuh keningku. Ternyarta, Livi sedang mengopresku. Livi, adalah ketua PMR, jadi jika ada apa-apa pasti ia yang menangani.

"Makasih, Liv."

Livi hanya tersenyum. Aku tahu mungkin sebenarnya Livi tak mengenalku. Mungkin ia melakukan ini hanya sebagai tugasnya sebagai ketua PMR kan?

Saat Livi hendak berbalik, aku menggenggam lengannya. Aku penasaran siapa yang membawaku kesini.

"Liv, siapa yang bawa aku kesini?"

Livi terlihar berfikir, "Anak kelas XI, Nathan Arsetyo."

Aku mengerutkan kening, Nathan?

Nathan yang temennya Arvin?

Itu Nathan anak kelasku, yang tadi menempelka kertas di punggungku. Aku berucap 'terimakasih' pada Livi, setelahnya ia hanya mengangguk lalu pamit ke kelasnya.

Aku masih berpikir, untuk apa Nathan menyelamatkanku? Bukannya ia sangat benci padaku?

Aku melirik ke nakas, kacamataku tergeletak disana. Aku menghela napas. Untung gak ilang, batinku.

Aku berusaha bangun dari kasur, lalu membuka kunciranku yang terasa kencang hingga membuat kepalaku tertarik. Aku menyisir rambutku menggunakan tangan.

Tiba-tiba, pintu terbuka dan seseorang berdiri disana.

Aku menunduk, baru kali ini ada yang melihat rambutku terurai terkecuali Mamaku dan Bang Devan.

Nathan berdiri diambang pintu sambil menatapku. Aku yang bingung harus bagaimana hanya bisa diam sambil menunduk.

Nathan berjalan menghampiriku lalu memberiku sekotak Nasi Goreng.

"Makan, kalo udah enakan balik ke kelas. Jadi gak ada yang bisa digangguin kalo lo gak ada."

Aku tersenyum tipis, "Makasih,"

Tanpa berucap apa-apa Nathan langsung keluar dari UKS, aku masih berdiri mematunt berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi.

Tiba-tiba pintu terbuka lagi. Kepala Nathan menyembul dari balik pintu, "Lo cantik juga kalo begitu."


***


Bel pulang berbunyi, aku langsung melangkahkan kaki keluar dari kelasku. Aku berjalan menuju ruang musik. Karena Bu Yuna memanggilku.

Arvin & Kayla [SLOW UPDATE]Where stories live. Discover now