Ternyata...kamu!!

1K 36 0
                                    

            Dua minggu setelah proses pengawalan yang ketat dari Adam, semua terasa aman. Tak ada lagi surat kaleng. Tak ada lagi ancaman. Aku sudah memintanya untuk tidak perlu terlalu ketat menjagaku, tapi dia tetap bersikeras mengikutiku kemana saja, termasuk kamar mandi. Adam menungguku di depan pintu sampai aku selesai. Sialnya, surat kaleng diganti oleh gosip. Digosipkan menggunakan pelet untuk memikat Adam masih lebih baik ketimbang surat kaleng berisi ancaman untuk melenyapkanku. Semua sudah berlalu.

            Di depan umum aku tak pernah memanggilnya Adam, hanya disaat kami hanya berdua, aku leluasa memanggilnya Adam. Bukan sebuah panggilan sayang, karena Adam memang nama tengahnya, dan lebih mudah memanggilnya Adam. Aku merasa nyaman bersamanya, Adam tak seburuk dugaanku mula-mula. Kecuali aksi goda-godaan dengan gadis lain memang sudah menjadi bakatnya, bahkan hanya diam pun Adam sudah sangat menggoda. Aku tak bisa melarangnya mengembangkan ‘bakat’nya itu karena memang tak ada hubungan terikat di antara kami berdua. Dan aku sungguh menikmati hubungan ini.

            Aku bergegas menuju kamar mandi sebelum Adam datang dan berubah menjadi hulk karena tak menemukanku. Saat berpapasan dengan Gisel di depan pintu kamar mandi, matanya kembali memelototiku, membuatku merasa tak nyaman. Aku tetap masuk ke kamar mandi wanita, namun seseorang mendorongku, memaksaku masuk dan mengunciku di kamar mandi.

“Hahha...rasain loe...sok cantik sih...!” suara Gisel tertawa di balik pintu.

“Gisel, buka...apa salahku sih?”

“Masih nanya! Bodoh banget sih kamu? Kan udah jelas sejak awal! Jangan dekati Joshua”

“Buka...Gisel buka!!” teriakku putus asa. Suara Gisel tertawa dan semakin melangkah menjauh meninggalkanku yang hanya bisa menggedor-gedor pintu kamar mandi. Aku menangis menyesal, seharusnya aku menunggu Adam. Sekarang aku sadar betapa bodohnya aku, aku bahkan meninggalkan tasku di kelas.

            Tiba-tiba pintu terbuka, aku bernapas lega dan segera berjalan keluar dan tersenyum berterima kasih pada orang yang ada dihadapanku. Namun matanya, sungguh mengerikan, berkilat-kilat memancarkan kebencian. Napasku tercekat.

            “Bukankah sudah kubilang, akan kulenyapkan semua yang  menghalangiku?” ucapannya begitu penuh dendam, aku hanya bisa diam, rasa takut yang kualami dua minggu lalu kembali, sebuah tamparan mendarat di pipiku. Perih! Dia mendorongku hingga jatuh. Aku meringis kesakitan, namun terlalu takut untuk berteriak, berharap Adam muncul menolongku. Selanjutnya tubuhku dipukul olehnya. Kepalaku diantukkan ketembok sekali, dua kali, serasa kepalaku pecah, kupejamkan mataku tak bergeming. Pegangannya mengendor lalu melepaskanku yang jatuh terkulai lemas. Yang kudengar kemudian, suara langkah kaki yang buru-buru menjauh.

            Berusaha kugerakkan tubuhku, namun tak ada hasil. Kubuka mataku perlahan.  Firasatku buruk. Sungguh buruk. Kali ini aku berharap otakku bisa bekerja sama. Hanya ini yang sanggup kulakukan. Semoga Adam menyadari ini dan menolongku. Aku menutup mataku, lelah dan sakit, kudengar langkah itu kembali, dan akhirnya aku kehilangan kesadaran.

            Adam, save me...

'G'Where stories live. Discover now