Bersama Joshua...di apartemennya...!

1K 40 0
                                    

            Silau...itulah yang kulihat saat pertama kubuka mataku. Seseorang berdiri di dekat jendela. Terlalu silau untuk kupastikan siapa. Orang itu mendekat. Semakin dekat. Dan akhirnya jelas siapa yang ada dihadapanku. Ingin aku segera berdiri dan melarikan diri segera. Tapi tubuh ini, tak sedikitpun berkompromi. Mengapa aku begitu lemah! Ck!

            “Apa yang terjadi?” tanyaku.

            “Tidak, apa yang terjadi?” Joshua balik bertanya, kulihat ditangannya meremas surat yang kukenal, surat yang selalu muncul beberapa hari ini, “Apa ini?”

            Lagi-lagi diam menjadi bahasaku, aku tak tau bagaimana menjelaskan padanya dan harus dimulai dari mana. Yang kurasakan saat ini adalah orang itu, yang mengirim surat kaleng padaku, ada dimana saja, ada di sekitarku, memperhatikan setiap gerakku, dan bisa  melenyapkanku kapan saja. Joshua semakin frustasi dan kesal dengan kediamanku. Dan aku menangis, emosiku tertumpah, tak tahan dengan segala kecemasan dan depresi yang bergerombol di otakku. Isak tangisku semakin membuatnya kalang kabut. Entah apa yang dikatakannya tak kuperhatikan lagi. Bujukan, marahan, teguran, rayuan, semuanya kurasa, namun tak satupun yang sanggup membendung sungai bening yang membelah pipiku.

            Dan akhirnya aku terdiam, tangisku berhenti saat Joshua memelukku dengan hangat. Terkejut, namun aku menikmatinya. Sungguh menenangkan. “Aku bersamamu, jangan khawatir, kamu akan baik-baik saja, aku berjanji..,” bisiknya lembut dan hangat di telingaku. Hatiku sungguh tersanjung. Namun otakku mencak-mencak, memarahi kelembutannya saat ini, yang kuyakini tak hanya aku yang mendapatkannya, tapi juga seluruh wanita cantik di kampus. Aku tak bisa berbangga atas ini!

            Kruyuukk...bunyi keroncong perutku menggema di seluruh ruangan membuat maluku tak terkira. Pipiku menghangat, kuyakin semerah tomat, aku hanya bisa tertunduk atas tingkah perut yang durhaka ini. Joshua melepas pelukannya dan tersenyum geli padaku, “Tentu saja lapar, sejak kemarin sampai siang ini kau terus tertidur.”

            Aku mendongak, mataku membulat tak percaya, “Selama itu? Apa yang terjadi?”. Joshua menjelaskan dia menemukanku hampir jatuh ke lantai, pingsan, beruntung dia kembali ke kampus karena flashdisknya yang tertinggal. Joshua tak tau dimana aku tinggal, makanya dia membawaku ke apartemennya. Dan entah keberuntungan yang bagaimana, hari ini aku tak ada jam kuliah sehingga aku bisa beristirahat sampai aku kuat. Aku sungguh beruntung namun nyaris benar-benar sial, jika saja Joshua tidak datang. Sebersit kekaguman muncul di benakku. Dia bukan pecundang sejati, dia...pecundang yang berhati nurani. Aku tertawa memikirkan perkataanku sendiri. Tubuhku masih lemah untuk berdiri. Maka Joshua memutuskan mengambilkan makananku, dan menyuruhku berbaring. Menyuruh! Bukan meminta. Ugh...

'G'Where stories live. Discover now