*16*

2.3K 109 46
                                    

*Arva POV*

"Hmm.. Jadi seperti itu ceritanya." Kata Erka setelah mendengar semua ceritaku. Tak ada yang aku tutup-tutupi lagi. Semuanya sudah aku ceritakan padanya. Aku hanya berharap kalau Erka tak akan marah padaku.

"Erka, kau tak marah padaku kan? Aku melakukannya, hanya unt------hhmmpphhh"

A-apa ini??? E-erka menciumku???!!!! LAGIIII???!!!!

Erka menciumku, iya Erka menciumku disaat aku ingin berbicara. Erka hanya menempelkan bibirnya pada bibirku, tidak bergerak, seakan membungkam apa yang ingin aku katakan.

Perlahan Erka menjauhkan bibirnya. Sedangkan aku hanya menundukkan wajahku. Malu? Ya bisa dibilang aku malu. Aku merasakan pipiku memerah saat ini juga.

"Kau tak perlu bilang apa-apa lagi. Aku paham apa yang kau rasakan." Katanya kalem tanpa dosa, seperti biasanya.

"Soal ciuman tadi, hanya bermaksud untuk membungkammu supaya kau tak berkata apa-apa lagi." Lanjutnya.

Aku memberanikan diri mengangkat wajahku dan melihat wajah Erka. Saat itu juga mata kami bertemu.

DEG...

A-apa-apaan ini? Kenapa aku jadi gugup seperti ini? E-Erka, kenapa kau melihatku seperti itu??? SHIT!

"Pipimu merah. Kau sakit?" Tanya Erka yang langsung membuat aku terbangun dari lamunanku.

"Ti-tidak. Aku sedang tidak sakit." Jawabku yang nampaknya jadi salah tingkah didepan Erka.

"Tunggu disini, aku akan buatkan makan malam. Sudah waktunya makan malam." Kata Erka yang langsung pergi meninggalkan aku didalam kamarnya.

.

Aku berjalan mondar-mandir didalam kamar Erka. Entah apa yang sedang aku pikirkan, yang jelas bayangan Erka saat menatapku dan juga hmm menciumku jelas adanya. Tatapan mata Erka seakan dapat menghipnotisku. Ciuman Erka dengan mudah dapat membungkam apa yang ingin aku katakan.

Aku pernah berpikir, apakan aku dan Erka saling suka? Tapi itu semua tidak mungkin, karena kami berdua hanya sebatas Sahabat. Ya, kami berdua hanya sebatas Sahabat dan tidak lebih. Tapi perasaan itu.

Perasaan dimana saat Erka menatapku. Perasaan dimana saat Erka mendiamiku atau marah padaku. Perasaan dimana saat Erka pernah menyentuhku. Aku tidak bisa mengatakan perasaan apa itu.

Apakah sama dengan perasaanku terhadap Lana? Entahlah. Bahkan aku tak pernah merasakan seperti ini saat bersama Lana. Aku mencintai Lana, tapi apa mungkin aku juga mencintai Erka? Yang notabennya Erka adalah sahabatku?

Tapi, aku yakin Erka masih menyimpan perasaannya untuk Rey. Ya, ada Rey untuk Erka. Dan ada Lana untukku. Aku tidak mungkin mencintai Erka. Tidak mungkin.

Klek..

Suara pintu kamar Erka terbuka.

"Makanan sudah siap. Ayo keluar segera kita makan." Suara Erka membuyarkan lamunanku.

Aku pun segera berjalan keluar kamar Erka. Mengikuti Erka dari belakang menuju ruang makan.

Sesampainya di ruang makan, tanpa suara yg keluar dari mulutku, aku langsung duduk dan memulai makan tanpa menunggu Erka terlebih dahulu.

Aku merasakan suasana canggung saat ini. Bahkan, akupun tak siap untuk menatap Erka. Aku yakin, Erka saat ini sedang melihat kearahku.

"Kau baik-baik saja, Ar?" Tanyanya padaku. Tidak, tidak mau aku melihat kea rah Erka. Rasanya.... Ah sudahlah.

Give me your love...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang