*5*

2.4K 145 15
                                    

Erka mengantarkanku sampai apartemen. Dia berinisiatif menemaniku malam ini. Kebetulan juga besok adalah weekend, di mana kami berdua libur kerja.

Sampai di apartemen aku menuju sofa dan duduk, disusul Erka yang menutup pintu apartemenku dan langsung menuju dapur, sepertinya dia mengambilkan air mineral untuk kami berdua.

Aku menyandarkan tubuhku di sofa, seraya melonggarkan dasi dan membuka beberapa kancing kemejaku. Erka datang menghampiriku dengan membawa dua botol air mineral dingin yang dia ambil dari dalam lemari es.

"Minumlah dulu." Erka menyodorkan satu botol air mineral untukku.

Aku mengambilnya dan membuka tutup botolnya lalu meminumnya. Hhahh~ segarnya

Erka duduk di sebelahku, bersandar seraya menenggak air mineralnya.

Aku menundukkan wajahku, entahlah aku merasa galau segalau-galaunya. Aku ingin marah pada Lana, tapi aku mah apa atuh cuma ranting puun rapuh yang kalau tertiup angin jatuh berserakan.

"Sudahlah Ar, tak usah dipikirkan. Kalau bukan sekarang, mungkin nanti." Erka membuyarkan apa yang aku pikirkan.

Aku mengangkat wajahku, menghela nafas panjang.

"Sepertinya benar yang kau katakan, aku ini bodoh," kataku pelan, tapi aku yakin Erka mendengarnya.

"Kau tidak bodoh At," ucap Erka. Apa aku tidak salah dengar? Erka bilang aku tidak bodoh.

Aku menatap ke arahnya, seraya mimik wajahku bertanya "Benarkah itu, Ka?"

"Ya, kau tidak bodoh, tapi kau sangat bodoh," lanjutnya lagi cuek, sambil melihat ke arahku dengan raut wajahnya yang watados. SIALAN ERKA!

"Erka, tolong hatimu berfungsilah walau hanya sedikit. Tidakkah kau lihat kalau temanmu ini sedang gegana?" kataku sedikit frustasi menghadapi perkataan Erka yang seenak jidatnya itu.

"Bukan styleku menggunakan hati, Ar. Bukan stylemu juga kau gegana segala," jawab Erka cuek seraya merangkul pundakku.

"Lepaskan aku, tak usah kau merangkul-rangkul aku seperti ini," berontakku, tapi Erka tetap merangkul pundakku.

"Aku harap Lana berpikir lagi kalau memang dia menyukaimu," cetus Erka seraya melepas rangkulannya.

"Apa maksudmu, Ka? Kejam sekali kau," tanyaku cemberut ke arah Erka. Apa-apaan dia berkata seperti itu. Memang apa salahnya kalau Lana menyukaiku? Hhuh!

"Kau ini terlalu ceroboh, bodoh dan juga cengeng. Aku yakin kalau Lana tahu kau seperti ini, dia pasti akan berpikir untuk menyukaimu," jawab Erka kalem, cuek. Jleb jleb jleb!!! Gila, hatiku ini tertohokshinki dengan jawaban Erka. Erka benar-benar ya tidak bisa bersikap sedikit manis padaku. Sebegitunya kah aku dimatanya. Keterlaluan!!!

"Erka! Kau benar-benar bukan teman ku!!!" seruku kesal pada Erka. Tapi tetap saja, wajah Erka masih wajah tanpa dosa.

"Hahaha. Kau sungguh sangat menghibur, Ar." Erka tertawa.

"Kau aneh, Erka!" seruku lagi. Aku bingung pada Erka yang tiba-tiba tertawa.

"Kau harus bercermin disaat kau bilang aku bukan temanmu. Kau kesal, tapi sungguh wajahmu itu menggemaskan, Ar. Hahaha," jawabnya lagi yang masih terus tertawa.

Aku menggembungkan kedua pipiku.

"Dan sekarang lihat! Hahaha kau menggembungkan kedua pipimu! Hahaha lucu sekali, At," lanjut Erka ketika melihat aku menggembungkan kedua pipiku.

Give me your love...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang