❖~PROLOG~❖

5 2 0
                                        

[𝐀𝐑𝐄𝐀 𝐃𝐄𝐖𝐀𝐒𝐀 𝟐𝟏+ 𝐇𝐀𝐑𝐀𝐏 𝐁𝐈𝐉𝐀𝐊 ‼️𝐉𝐈𝐊𝐀 𝐓𝐈𝐃𝐀𝐊 𝐒𝐔𝐊𝐀 𝐁𝐈𝐒𝐀 𝐒𝐊𝐈𝐏 𝐓𝐈𝐃𝐀𝐊 𝐏𝐄𝐑𝐋𝐔 𝐃𝐈 𝐑𝐄𝐏𝐎𝐑𝐓 ‼️]

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

[𝐀𝐑𝐄𝐀 𝐃𝐄𝐖𝐀𝐒𝐀 𝟐𝟏+ 𝐇𝐀𝐑𝐀𝐏 𝐁𝐈𝐉𝐀𝐊 ‼️𝐉𝐈𝐊𝐀 𝐓𝐈𝐃𝐀𝐊 𝐒𝐔𝐊𝐀 𝐁𝐈𝐒𝐀 𝐒𝐊𝐈𝐏 𝐓𝐈𝐃𝐀𝐊 𝐏𝐄𝐑𝐋𝐔 𝐃𝐈 𝐑𝐄𝐏𝐎𝐑𝐓 ‼️]

Asap tipis masih menggantung di udara club itu, bercampur aroma alkohol dan parfum mahal. Lampu strobo merah menyala bergantian, memotong kerumunan dengan cahaya panas. Detak musik yang menghantam dada membuat segalanya terasa semakin sesak.

Di ruangan itu terdapat sepasang manusia yang sedang memuaskan satu sama lain. Rencana awal mereka akan menyelesaikan misi, namun dijebak membuat keduanya masuk kedalam ruangan. Moriggan Blackveil salah satu agen mafia harus terjebak dimalam panas dengan seorang wanita yang sering kali di sebut Queen Mamba.

Ia meraih kerah bajunya—lalu mencabutnya paksa. Kancing-kancing berhamburan ke lantai. Tubuhnya bergetar.

"Persetan…" bisiknya serak. "Ada… obat di minumanku."

Kulitnya semakin panas, seperti terbakar dari dalam. Dari balik gelap lorong, langkah cepat terdengar. Seseorang bersandar pada dinding seberang, Queen Mamba, wajahnya sama merah, sama kacau, sama terbakar.

Matanya liar. Nafasnya tersengal. Rambutnya berantakan. Jelas ia juga merasakan hal yang sama.

"Jangan mendekat," katanya dengan suara bergetar, bukan ancaman… tapi permohonan.

Rigan menelan ludah, berusaha mempertahankan akal sehat yang tersisa.

"Ada yang menjebak kita," ucapnya terputus-putus. "Kita diserang… menggunakan zat yang salah."

Queen Mamba menahan dinding, tubuhnya lemah karena panas yang terus naik. "Itu hanya… akal-akalanmu," desisnya. "Aku tidak ingin malam ini menjadi malam paling sial dalam hidupku."

Namun suaranya pecah di ujung kalimat, membuat keduanya sadar bahwa kontrol mereka mulai retak. Rigan melangkah setengah goyah, menahan dirinya agar tidak terjatuh—atau tidak menarik wanita itu ke dalam pelukannya.

"Aku tahu ini salah," katanya pelan tapi tegas, tatapannya membara. "Tapi kalau kita terus menolak melawan efek ini… kita bisa mati kejang sebelum pertolongan datang."

Napas Queen Mamba tercekat, jari-jarinya mencengkeram dinding. Ia pun sama halnya merasakan apa yang Rigan rasakan, sebelum pergi memang ia sempat minum air yang seperti biasanya. Namun kali ini memberikan efek yang sangat luar biasa.

"Kau—" suara itu menggigil, marah tapi juga penuh ketakutan. "Kau pikir aku butuh bantuanmu?"

"Tidak." Rigan mendekat selangkah lagi. "Tapi tubuhmu butuh."

Mata mereka bertemu. Dan dalam satu detik itu, keduanya sama-sama sadar Ini bukan keinginan. Ini jebakan… Dan tidak ada jalan keluar. Suara musik dari club terdengar jauh, seperti dunia lain. Yang tersisa hanya lorong gelap, dua musuh besar yang dipaksa lututnya goyah… dan panas yang hampir menelan kewarasan mereka.

𝐏𝐬𝐲𝐜𝐡𝐨𝐩𝐚𝐭𝐡 𝐐𝐮𝐞𝐞𝐧 𝐌𝐚𝐦𝐛𝐚Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin