Ternyata dimasa remaja malah membawa petaka untuk perjalanan cinta mereka. Di umur yang telah matang kini Asher berusaha mengejar kembali apa yang seharusnya menjadi miliknya.
Apakah Asher dapat meyakinkan kembali Ophelia untuk kembali padanya? Atau...
¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
"Ternyata, mendapatkan seseorang yang mengerti privasi pasangannya tampaknya langka untuk ditemukan."
*—:—*
Di dalam gedung pencakar langit yang menjadi salah satu perusahaan penggerak ekonomi terbesar, semua orang tampak sibuk dengan bunyi ketikan, kertas yang dibolak balik, bunyi mesin print yang tiada henti, serta suara manusia yang tak henti-henti berdiskusi, menjawab panggilan, atau berkeluh kesah karena harus revisi ataupun terkena semprotan dari atasan.
Berbeda dengan keadaan lantai bawah, di lantai teratas gedung, lantai yang dikhususkan untuk sang pemilik perusahaan. Alunan musik klasik terdengar dengan harum teh yang mengguar ke seluruh ruangan setelah diseduh oleh sang pemilik—teh hijau yang berasal dari China memiliki rasa manis, lembut, dan sedikit aroma kacang-kacangan. Cocok untuk Asher saat ini yang membutuhkan minuman yang membantunya relaksasi.
"Sure, kakek. Cucu perempuan kakek akan saya jaga selama di sini. Proyek kami berjalan lancar, terima kasih sudah mengizinkan Ophelia secara langsung turun tangan untuk pengerjaan desain gedung saya. She always does everything very well. Lucky to have her here."
"Glad to hear that. Andai kalian masih ada hubungan. Pasti sekarang sudah bertunangan."
Asher membasahi bibirnya mendengar kalimat itu. Di seberang sana, Kakek Ophelia masih berandai-andai ia dan Ophelia menjalin hubungan ke tahap yang lebih serius.
"Semuanya salah saya kakek. Dan sekarang saya akan berusaha memperbaiki itu."
"Bagus! Perbaiki kesalahanmu itu. Cepat pakaikan cincin di jari manis cucuku."
Asher tergelak mendengarnya.
"Baik, kek."
Panggilan berakhir, tapi senyum di wajah Asher masih bertahan. Moodnya naik mendengar masih ada yang mendukung hubungannya dengan Ophelia.
Entah kenapa tehnya kali ini semakin terasa nikmat.
Ketukan pintu kemudian terdengar, Asher mengangkat pandangannya hingga bertemu dengan sosok yang hampir serupa dengannya tapi versi yang lebih tua. Elias—Daddynya.
"Duduk, Dad."
Elias tanpa dipersilahkan sekalipun tentu saja sudah duduk dengan kaki disilangkan bak singa yang paham teritorinya.
Asher menuangkan teh pada cangkir kosong yang memang sudah tersedia di depan Elias.
"Semua rencanamu berhasil? Menjebak seorang gadis agar kembali ke wilayahmu?" tanya Elias setelah meneguk tehnya. Wajah yang sudah termakan umur itu nampak datar tanpa ekspresi ramah.
Asher menampilkan senyum miringnya, "Maksudnya?" bertanya seolah-olah ia tidak paham arah pembicaraan.
Elias memandang dingin pada Asher—putranya yang kini sudah tampak dewasa hingga hampir semua orang mengatakan bahwa Asher merupakan duplikatnya.