Part 19

29 1 0
                                        

Padahal niat hati ke kantin duluan biar gak usah antri, eh sekarang aku malah harus ngeladeni beberapa staf dari agensi manajemen artis. Mereka berebut berbicara duluan padaku cuma buat nawari gabung di agensinya masing-masing. Sudah ku duga kalau kecantikanku ini dipandang sangat berpotensi hingga banyak agensi yang ngerebutin aku begini.

Entah harus pilih yang mana, namun dengan tegas aku berasalan pada mereka untuk mempertimbangkan tawarannya sementara waktu dan baru akan memberi mereka jawaban setelah kontrak kerja trainingku di Myeon Green Food selesai.

Seusai kerumunan disekeliling tubuhku buyar, ditanganku kini ada lima puluh kartu nama agensi manajemen yang siap mengembangkan bakatku.

Assa! Aku udah bisa santai memikirkan masa depan, soalnya aku bisa banting stir jadi model atau artis kalau kontrakku nggak diperpanjang sama Myeon Green Food. Lagian jadi pegawai biasa di kantor begini juga gaji gak seberapa, yah mending terjun ke dunia entertainment lah. Sekali take video sejam aja, dua digit udah langsung masuk kantong.

Hmb... aku sungguh tidak sabar menanti kontrak kerjaku disini habis, tapi itu masih kurang empat bulan lagi. Kalau aku kabur sekarang, yang ada aku harus bayar denda gegara ngelanggar kontrak kerja sama Myeon Green Food.

"Love.." panggilan khas yang seketika membuatku memutar badan untuk menoleh. "Berangkat dinner nanti kamu dijemput om Hyun yah."

Aku menyipitkan mata, "Kenapa nggak sama abang aja? Hyun kalau nyetir mobil ngasal, bisa-bisa aku sampai rumah Bang Sen cuma tinggal nama." cercaku, sangat trauma mengingat hampir terserempet bus ketika aku tamasya ke pantai Pulau Kapuk bersama para kurcil tahun lalu dan Hyun maksa mengemudikan mobil.

"Tenang, love. Om Hyun sekarang udah handal kok." Kak Seno raih tanganku dan menggenggamnya. "Sorry love, aku harus standby nemenin Papa menyambut kedatangan para tamu. Lagian rumah kalian searah, dan aku mohon pengertian dari kamu ya, love."

Ish! mau gimana lagi, kalau kondisinya begitu yah aku harus setuju meski terpaksa. Wait! Kek ada yang ganjil.

"Lah ini bukannya makan malam keluarga biasa ya Bang? Kok ada tamu juga?" tanyaku penasaran.

"No, love. Dinner ini antara keluarga Hadiningrat dan seluruh eksekutif, Lukas juga hadir. So, aku harap kamu dandan yang cantik, karena Papa sama Mamaku bakal kenalin kamu sebagai anggota baru keluarga kami." jawabnya dan kemudian tidak membiarkanku berkomentar lagi dengan melangkah menjauh menuju lift.

Mampus aku!

Gini, kalau aku dikenalin, otomatis kan aku harus maju terus ke pelaminan sama Kak Seno. Jika aja aku mundur selangkah, bisa dirujak massal aku sama para konglomerat itu.

Ahh! Gila, ini sih aku nggak bisa gerak.

Apa emang Kak Seno itu jodoh dari Tuhan untukku? Tapi kenapa sampai sekarang aku belum bisa cinta sama dia?

Sebuah tangan tiba saja naik turun di depan mukaku. Dikira aku kesambet kali yah sampe dikibasin begitu. Aku juga sih pake geleng-geleng bengong depan lobby kantor.

Mendapati siapa orangnya, aku langsung nge-freeze di tempat. "Jangan ngelamun ntar kesambet." ucap Kak Cendra yang kemudian melewatiku untuk masuk ke dalam lift bersama Kak Seno.

"Tunggu! Aku ikut." teriakku, dan bergegas mengambil langkah seribu untuk menyusul langkah mereka.

Ketika aku menekan tombol lantai dua, Kak Seno menatapku khawatir. "Kamu belum makan love?"

Aku menggeleng lemas. "Tadi keluar sebentar, ditawari beberapa staf buat gabung agensi mereka."

"Astaga love, jam masuk kurang lima menit lagi." sambung Kak Seno sembari mengamati keadaanku yang tentunya terlihat lesu.

Please Call Me, UniWhere stories live. Discover now