menolong kakaku

49 7 0
                                        

Beberapa minggu berlalu di pulau ini. Rutinitasku hanya berputar antara mandi di pantai dan bergadang main game. Lama-lama, aku sampai di titik jenuh yang parah. Jadwal tidurku berantakan, dan rasanya semuanya jadi tidak teratur. Aku meraih ponsel, membuka notifikasi dari temanku.

"Oi bro, lagi ngapain? Di mana?" tanyanya, langsung to the point.

"Lagi di pulau, liburan," balasku singkat.

"Lo ada cewek enggak? Cariin gua dong!" tanyanya lagi, dan aku langsung tahu ke mana arah pembicaraan ini.

"Peak! Lu enggak lihat? Gua aja enggak dekat sama siapa-siapa, dodol! Ngaca sana lu!" balasku kesal. Temanku ini memang ada-ada saja.

"Oh iya, lu kan jomblo ya, enggak bisa deketin cewek. Lu kalau dekat cewek oon enggak ketolong. Saran gua, jangan punya cewek dulu. Mending fokus ke diri lu dulu deh," timpal temanku yang mendadak sok bijak.

"Hmm, iya, iya. Gua juga enggak berminat buat sekarang punya cewek, sih. Bikin orang ilfeel lebih seru," candaku.

"Bukan lu mahasiswa? Pasti banyak cewek cantik yang mau kenal, Bro. Masa ngedeketin doang enggak bisa sih? Oon memang nih anak!" sungut temanku, terdengar jengkel.

"Oi peak! Barusan lu bilang enggak usah pacaran, enggak usah ini itu, malah sekarang nawarin! Dasar oon! Iya, gua mahasiswa aktif, tapi prinsip gua enggak bakalan cinlok sama anak organisasi. Walau ada yang dekat sama gua, gua tetap tolak mentah-mentah banget. Soalnya enggak mau satu organisasi. Gua mau yang enggak kenal sama gua, udah cukup yang bisa nemenin gua aja kali!" jelasku panjang lebar.

"Oh iya juga, ya udah sih. Gua ada web kayak lu suka, orang enggak kenal lu dan jauh gitu, kan? Namanya 'Leo' di Telegram. Nanti gua kirim akun Leo-nya," tawarannya membuatku mengerutkan kening.

"Oi, oon-oon! Kau ini bodoh atau gimana? Hari gini masih percaya gitu-gituan? Udah dari zaman Nabi Ayub juga kayak gitu!" aku makin kesal pada bocah satu ini.

"Gua udah coba, loh, dan yah, gua banyak kenal cewek tau!" pamer temanku.

"Terus lo bangga gitu?" tanyaku sinis.

"Si ege ini memang oon banget! Udah move on dari mantan lu yang banggain kamaren itu! Jangan berlarut-larut dalam dua tahun ini, Bro! Banyak yang mau sama lo, peak! Lu jangan terlalu bego jadi cowok! Lu kalau mau effort harus dapat feedback-nya lah!" tegas temanku yang kadang memang dajal.

"Sudahlah, lagian udah lama. Ngapain dibahas? Kyak enggak ada topik lain aja," jawabku mencoba mengakhiri.

"Gua tau siapa lu, ege. Udah sana main Leo, siapa tahu lu suka cewek di sana," tawarnya lagi, tidak menyerah.

"Iya, iya! Berisik amat nih anak!" gerutuku.

Setelah perdebatan panjang itu, aku akhirnya melihat dan membuka aplikasi Telegram. Di sana, kucari akun "Leo – Kenalan, Bertemu Teman."
Aku membukanya. Ada kata "Mulai" dan "Start." Aplikasi itu menanyakan umur, jenis kelamin, siapa yang aku tertarik, dari mana, nama, dan diminta menceritakan apa yang aku mau. "Njer, kayak biro jodoh! Sialan memang nih anak, ngadi-ngadi aja apaan nih Leo," batinku. Aku pun mengisi sesuai instruksi. Di bagian deskripsi diri, sengaja kutulis permintaan yang bikin orang takut: "AKU MAU BUNUH ORANG, SIAPA YANG RELA DITUMBALLIN?" Ngeri, kan? Pasti pada takut dan enggak mau, pikirku. Pokoknya, kalau ada yang like pertama dan menyukaiku, aku akan berhenti main aplikasi sesat ini.

Beberapa lama kemudian, ada notifikasi dari Leo: "Ada 7 orang menyukai profilmu." Anjir lah! Orang-orang Leo ini pada gila atau memang tidak takut padaku, ya? Benar juga, deh! Kalau begitu, orang pertama kita langsung on point saja. Kalau perlu, langsung telepon saja.

MemoryWhere stories live. Discover now