Tanpa memberikan kesempatan Januar ataupun Patricia untuk bicara, Prada melenggang pergi begitu saja. Langkah lelaki itu begitu ringan meninggalkan kediaman kedua orang tuanya. Dia lebih takut tidak diberi kesempatan kedua oleh Libra daripada dapat amukan Januar.
“Dia mau ke mana, sih? Kamu tahu, Pradiana?” tanya Patrcia pada Ana.
Ana meletakkan garpunya di samping piring. Bukannya menatap Patricia, mata Ana malah melirik Rachel. “Dia punya pacar, jadi pasti nemuin pacarnya lah.”
Ana sengaja bicara dengan nada yang mengundang perhatian Rachel. Keduanya sempat beradu pandang, tapi Rachel tidak menunjukkan respons apa-apa selain menyunggingkan senyum.
Klasik. Ana tahu betul Rachel tidak suka dengan sikap Prada yang mengabaikannya dan pergi untuk orang lain. Senyum yang kini perempuan itu tunjukkan terlihat basi di mata Ana. Namun, Ana tetap profesional. Dia balas senyum itu dengan tidak kalah manisnya.
“Dia masih berhubungan sama Libra Danuarta itu?” tanya Patricia menuding Ana.
Justru Januar yang membalas. “Perempuan yang Mama katakan waktu itu namanya Libra Danuarta?”
Patricia menghela napasnya. “Iya. Salah satu karyawan di tempat Prada kerja. Mereka kayaknya makin dekat karena satu divisi juga. Ya, kan, Pradiana?” Tatapan Patricia tertuju pada Ana. Begitupun dengan Januar dan Rachel yang tiba-tiba menunjukkan reaksi berbeda tepat setelah nama Libra tereja di pembicaraan mereka.
“Mama tanya Pradayan aja. Aku nggak berhak ngasih tahu apa pun tentang kehidupannya,” Kedikan bahu Ana seolah mendukung kepergian Prada.
Sementara itu, sebelum melajukan mobil, Prada menelepon Remus.
“Ada kerjaan buat lo.”
Remus berdecak. “Apa? Kalau lo suruh gue buat jagain Libra, ogah.”
“Cari tahu soal Rachel Wongso.”
“Hah, kenapa mesti gue cari tahu? Keluarga lo lebih tahu, kan?”
“Cari tahu aja. Gue mencium something fishy,” balas Prada sembari memasang seatbelt.
Remus terdengar menghela napas panjang. “Harusnya nyokap lo lebih tahu kalau ada yang nggak beres. Buang-buang tenaga gue aja kalau sampai harus nyari dua kali, Prad.”
“Lo pinter ngehack, kan? Tolong kalau bisa cari sampai yang nggak diumbar ke media. Dia dari keluarga terpandang, tapi gue ngerasa dia punya rencana jelek."
“Anjir, lo nyurigain Rachel seolah dia kriminal.” Remus berseru heboh. “Terus bukannya kalian dulu juga udah kenal, ya, pas kecil?"
“Apa yang lo harapin dari ingatan bocil sih, Remus? Lagian kami nggak begitu akrab terus abis itu dia pindah ke Jepang. Akting senyum dia di depan nyokap juga sus banget njir.”
Lagi-lagi Remus menyayangkan jiwa Prada sebagai sutradara yang keluar di waktu yang tidak seharusnya.
“Jadi, cariin aja dan jangan ngomong apa-apa ke Ana dulu. Dia udah banyak pikiran jadi nggak usah nambahin pikirannya dengan kisah gue. Paham?”
Setelah dijawab oleh Remus dengan ogah-ogahan, Prada melajukan mobilnya ke kosan Libra. Ekspresi keruhnya setelah bertemu Rachel lantas berubah ketika lelaki itu melihat lampu depan kamar Libra menyala, tanda perempuan itu benar-benar ada di dalam kamarnya. Dengan langkah penuh percaya diri, Prada menaiki tangga menuju tempat kamar Libra berada.
“STOP!”
Prada tersentak kaget. Langkahnya menggantung di udara sewaktu seseorang menyuruhnya berhenti. Dari arah yang berlawanan, muncul Libra menenteng ember berisi air. Rupa-rupanya perempuan itu tengah ngepel lantai depan kamar kosnya. Ada pel-pelan dan juga super pel yang disandarkan di tembok dekat perempuan itu berdiri.
YOU ARE READING
Coquette Noir [END]
Romance(Completed) *** Kerja sampai tipes sudah Libra alami, tapi mamanya selalu tidak tahu diri. Sehingga begitu penawaran yang seperti angin segar datang padanya, Libra tidak ragu mengiyakan. Sekalipun dia harus berurusan dengan anak konglomerat prik ber...
21 | ALGORITHM LOGIC
Start from the beginning
![Coquette Noir [END]](https://img.wattpad.com/cover/372960804-64-k266574.jpg)