Tadinya Prada berniat untuk menetap lebih lama di kosan Libra. Sekalipun pulang, dia akan pulang sebentar untuk menyiapkan peralatannya berkemah di samping kos Libra. Iya, berkemah yang itu. Bedanya tidak mendirikan tenda, tapi menggelar selimut tebal ditemani MacBook yang menampilkan tayangan Netflix. Namun, belum genap sejam dirinya menyelonjorkan kaki panjangnya di sana macam orang tidak punya kerjaan, ponselnya berdering. Panggilan dari Januar membuatnya menggerutu malas.
“Kamu di mana?”
Sambil menyugar rambut, Prada menjawab. “Camping.”
“Hari ini ulang tahun Papa, tapi kamu malah camping?”
Prada terlonjak. Sejenak ponselnya dialihkan dari telinga untuk mengintip tanggal berapa hari ini. Ketika sadar bahwa omongan Januar bukan kebohongan, Prada menghela napas panjang. “Maaf, aku lupa. Papa mau kado apa?”
“Papa bukan di usia kepengen minta kado, Pradayan.”
“Then?"
“Kita makan malam keluarga hari ini.”
“Oke, aku akan reservasi di tempat kesukaan Papa. Red Lotus?”
“Nggak perlu. Katanya Mamamu udah manggil koki buat masak hari ini. Papa Cuma minta kamu datang tepat waktu.”
Tidak mungkin juga Prada bilang “ogah” pada Januar. Meski hubungan mereka kadang tidak semulus Jalur Pantura, Prada bukan anak yang durhaka. Dia memang banyak membantah keinginan tidak masuk akal Januar, tapi ajakan pria itu untuk makan malam keluarga bukanlah tindakan yang mesti Prada tolak hingga berdarah-darah.
Akhirnya dia batal camping di depan kamar Libra. Lelaki itu pulang dengan langkah loyo. Seruan penasaran Pak Andri pun Prada abaikan. Kepergiannya itulah yang membuatnya tidak berjumpa dengan Laras yang datang tiga puluh menit kemudian.
Namun, makan malam yang Januar janjikan jauh dari dugaannya. Entah siapa yang mengundang, tapi ada sosok lain di antara keluarganya. Bukan saudara, tapi orang asing yang membuat Prada sempat ragu-ragu menarik kursi untuk bergabung.
“Dia Rachel,” kata Patricia memperkenalkan.
Prada tampak biasa saja. Dia mengangguk kecil tanpa minat menerima uluran tangan perempuan itu. Matanya terlalu fokus untuk memindai makanan yang terhidang.
“Kok kamu nggak sopan, sih?” hardik Patricia.
Prada mengangkat wajahnya. “Aku datang bukan untuk nunjukin sopan santun ke dia. Aku datang karena ini ulang tahun Papa.”
Patricia menghela napas mencoba sabar. Senyumnya berusaha dipertahankan agar Rachel tidak canggung. Lantas wanita itu menoleh pada Ana yang sedari tadi hanya membolak-balik salad di piringnya. “Malam ini ajakin Rachel ngobrol, ya?”
“Kenapa harus aku? Kan dia tamu Mama.”
Ada apa dengan anak-anaknya hari ini, sih?
Ketika Patricia mencoba untuk minta pembelaan dari Januar, pria itu malah telanjur sibuk dengan makanannya, mengabaikan Patricia yang seolah memberinya tatapan bahwa dirinya kecewa dengan sikap Prada dan Ana terhadap kedatangan Rachel.
Prada sendiri tidak sedikit pun terusik dengan kedatangan Rachel di tengah-tengah makan malam mereka hari ini, tapi dia paham dengan niat terselubung Patricia. Apa lagi Ana kerap kali membahas perempun keturunan setengah Jepang itu dengan embel-embel perjodohan. Harus Prada akui bahwa Rachel Wongso itu cantik. Tapi entah kenapa matanya tidak bisa melabeli perempuan berambut cokelat itu dengan kata menarik.
Kekaleman Rachel sempat membuat Prada memikirkan skenario terburuk tentang siasat yang mungkin saja sedang perempuan itu atur di kepala sebab sejak namanya menyeruak di kehidupan lelaki itu dan didukung penuh oleh Patricia, Prada seolah bisa membaca apa tujuan Rachel datang ke rumah orang tuanya malam ini. Dan Prada tidak mau buang-buang tenaga di saat Libra masih memusuhinya.
YOU ARE READING
Coquette Noir [END]
Romance(Completed) *** Kerja sampai tipes sudah Libra alami, tapi mamanya selalu tidak tahu diri. Sehingga begitu penawaran yang seperti angin segar datang padanya, Libra tidak ragu mengiyakan. Sekalipun dia harus berurusan dengan anak konglomerat prik ber...
![Coquette Noir [END]](https://img.wattpad.com/cover/372960804-64-k266574.jpg)