5. (Code ) Unclosed

8 4 0
                                        


"Semua dokumen pribadimu sudah diurus, dan hari ini kau harus mengikuti acara pembukaan siswa baru. Kau mengerti, Clara?"

"Ya, aku mengerti," jawab Clara singkat. "Baguslah. Kalau begitu, temui Erick. Dia yang akan mengantarmu ke sekolah."

"Bukankah aku bisa membawa mobil pribadi?" protes Clara.

"Sekarang kalian satu tim," jelas laki-laki tua itu.

"Kau tidak bilang begitu kemarin. Bisakah orang lain saja, Pak?" Clara memohon.

"Tidak bisa, Clara. Ingat, apapun hubungan kalian, kalian harus tetap profesional. Kau mengerti!" suara pria itu kini tegas.

Tut... Tut... Tut...

Sambungan terputus. Clara masih berdiri di hadapan kasurnya, memandangi ponselnya dengan kesal. Sebuah pesan masuk—dari Erick.

"Aku sudah di depan apartemenmu."
"Cepatlah, aku ada urusan."

Walau kesal, Clara buru-buru ke kamar mandi. Dalam keadaan mendesak, ia memang hanya membasuh wajah dan menggosok gigi. Setelahnya, ia menggaet koper dan keluar.

Ting!

Lift terbuka. Seorang ibu melangkah keluar sambil membawa belanjaan. Clara masuk dan menekan tombol lantai satu.

Tak butuh waktu lama, pintu lift terbuka. Ia melangkah keluar, menyapa beberapa resepsionis, dan berjalan menuju Tesla Model X berwarna putih yang terparkir di samping apartemen.

Erick sudah berdiri di luar, menunggu.

"Sepuluh menit lewat tiga puluh detik," katanya sambil melirik jam tangan. "Bukankah itu waktu yang lama bagi seorang agen?" tatapnya tajam.

"Aku ditelpon oleh Pimpinan Deputi," jawab Clara, sedikit meninggi.

"Pak Orion? Dia baru menelponmu sekarang?" tanya Erick sinis. "Tch, pria tua itu terlalu sibuk mengurusi wanita penghiburnya."

"Daripada kau mengomel terus, bantu aku menaruh koper ini ke bagasi," Clara menunjuk kopernya.

"Iya, iya." Erick mengangkat koper itu, memasukkannya ke bagasi, lalu ikut masuk ke dalam mobil. Clara sudah duduk lebih dulu di dalam.

Ponsel Erick berbunyi. Nama "Orion" terpampang jelas.

Ia mengangkatnya dan langsung mengaktifkan speaker. Suara pria tua itu langsung terdengar memenuhi kabin mobil.

"Erick, kau sudah bersama Clara?"

"Sudah, Pak," jawabnya sopan—sangat berbeda dengan sikapnya barusan.

"Bagus. Kalau begitu kita bicara soal misi ini sambil kalian jalan. Aku khawatir kalian telat."

"Oke, kami berangkat." Mobil pun melaju keluar dari apartemen.

Baik, kalian pasti tahu misi ini tidak mudah." Clara dan Erick mendengarkan dengan saksama.

"Aku belum tahu alasan pasti kenapa pembunuhan anak itu diserahkan pada deputi kita. Tapi sepertinya, memang ada sesuatu yang disembunyikan sekolah itu."

"Ya, aku juga curiga," sahut Erick. "Maksudku, rahasia apa yang diketahui anak itu sampai-sampai dibunuh oleh ... 'Petrus'?"

"Kenapa kau pakai istilah Petrus? Kau pikir ini zaman Orba?" sindir Clara.

"Yang penting maknanya sama, kan. Penembak misterius," Erick bersikukuh.

"Cukup," potong Orion. "Kalian akan mengerti sendiri kalau misi ini berjalan. Yang penting, jangan bawa masalah pribadi ke dalam tugas. Fokus!"

CODE: REDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang