M A R R I E D
B Y C E O
Suasana di ruangan begitu tegang. Ana berusaha merilekskan tubuh nya. Namun tidak bisa. Auranya itulohh, bedaaaa ಥ‿ಥ
Suara pena ditaruh dengan keras membuatnya terkesiap. Tidak heran. Kata masyarakat, manusia di depannya sekarang adalah monster yang menjelma sebagai manusia modern. Kalau marah sedikit, seperti bom. Mungkin, kalau marah banget kayak nuklir.
Kemudian terlihat, Nagara menutup dokumennya dan melepaskan kacamatanya untuk di taruh ke meja. Jari telunjuknya mengetuk di meja beberapa kali memecahkan sedikit keheningan.
Ana melirik sejenak sebelum menatap Nagara gugup. “Bapak....mhh, Ada yang perlu saya bantu—”
Nagara memotong ucapan Ana sebelum Ana menyelesaikan ucapannya. “Saya mendapatkan kabar tadi malam.”
Mulut Ana tertutup. Dia sepertinya tahu, kabar apa itu. Kemudian tatapannya sedikit egois saat menatap Nagara. Seolah, Nagara adalah hal yang membuat masa remajanya terputus jika perjodohan itu tetap di lanjutkan.
Ana menarik nafas panjang, kemudian menghembuskan dengan pelan. “Maaf sebelumnya, Pak.”
Nagara menatap Ana mengunci tatapan mereka.
“Apa Bapak gak mikirin masa depan Saya? Maksud Saya, disini Saya masih anak kuliahan sedangkan Bapak? Bapak sudah matang untuk wanita diusia yang sekiranya diatas Saya. Saya tau, ada istilah Age-gap. Tapi disini prinsip saya masih ingin bahagia-in orang tua saya dulu. Bukannya kalau Saya menerima perjodohan ini, artinya Saya gak bisa bahagiain orang tua Saya?”
Hening.
Nagara mengeraskan rahangnya. Dia berdehem pelan. Berusaha meredakan gejolak aneh di tubuhnya.
“Bahagiain orang tua? Bisa. Bukankah ‘Menerima’ sama saja dengan bahagia-in orang tua?” ucap Nagara.
Ana terdiam. Ucapan Nagara itu, ada benarnya. Namun disisi lain, dia merasakan sebaliknya. Ana menelan salivanya tegang. Tangannya memainkan jari di bawah meja.
“Maaf, Pak.” ucap Ana tetap bersikukuh untuk menolak.
Nagara menghela nafas kecil kasar. “I have a deal. If you want.”
“.....”
Nagara tidak mendapatkan respon Ana sehingga dia melanjutkan lagi. “Kita bisa bertingkah seolah tidak saling kenal. ‘Di luar rumah’ jika kamu mau. Ya, setidaknya di luar jangkauan orang tua kita.”
Nagara menatap Ana seolah mencari jawaban dalam tatapan perempuan itu setelah mendengar ucapannya.
“Apa sebenarnya motif Bapak? Begitu kukuh membuat saya menerima perjodohan ini? Saya curiga—”
“Apakah niat baik saya dalam membahagiakan orang tua begitu tercela di pikiran kamu?”
Ana terdiam. Benar. Dia terlalu berpikiran buruk tentang Nagara. Seolah, dirinya ini setengah di liputi oleh hasutan setan. Dia membasahi tenggorokannya sebelum menatap Nagara lagi.
“Pak Nagara. Saya masih remaja—”
“Dua puluh tiga,” Nagara menjeda ucapannya yang tajam dan begitu juga tatapan nya. Kembali mengunci tatapan mereka berdua. “Dua puluh tiga tahun, sudah cukup umur untuk memulai rumah tangga.” lanjutnya.
Hening. Yang satu keras kepala, yang satu.... sama aja.
“Anastasia. Bahagia-in orang tua bukan hanya sekedar materi seperti yang ada di pikiran kamu. Bukan hanya uang, pencapaian, dan lainnya. Ada hal lain juga yang bisa membahagiakan kedua orang tua kamu.” ucap Nagara menatap Ana serius.
YOU ARE READING
𝐒𝐈𝐋𝐄𝐍𝐓 𝐅𝐀𝐒𝐂𝐈𝐍𝐀𝐓𝐈𝐎𝐍
Random(Awal judul : Arranged Marriage) Anastasia terjebak dalam perjodohan konyol keluarganya. Menolak? Salah. Menerima? Sama sulitnya. Hingga akhirnya ia menyerah. Tapi bukan karena mau, melainkan karena tak punya pilihan. Nagara, pria yang selalu dijodo...
