PART 13

3.7K 334 38
                                    

"ALICE!" suara Matt dan Alle yang menggelegar membuatku menarik nafas lega.

Setengah berlari mereka berdua menghampiriku dan mencoba memisahkan Ava dariku. Bibirku terbuka lebar, mencoba mengais udara untuk mengisi paru-paru.

Matt berusaha untuk menarik tubuh Ava dari atas tubuhku. Alle melonggarkan cekikan tangan mungil Ava dari leherku. Oke, ini gila! Dua orang dewasa kualahan menghadapi seorang anak kecil.

Akhirya aku dapat menarik nafas lega! Matt berhasil menarik tubuh Ava! Matt menahan kedua tangan mungil Ava ke atas. Ava memberontak sambil terus menggeram.

"Alice, kau baik-baik saja?" Tanya Alle dengan nada khawatir.

Tenggorokanku sakit. Rasanya seperti sebuah pipa dimasukan secara paksa melewati kerongkongan. Aku hanya bisa mengangguk sebagai jawaban karena terus terbatuk daritadi.

Alle memelukku erat, pandangan kami sama-sama tertuju pada Ava yang menggeliat liar. Sadar Matt kualahan untuk menenangkan Ava, Alle mencoba untuk memegangi tangan kiri Ava dan Matt dapat lebih leluasa untuk menahan tangan kanannya.

Kuhampiri Ava dengan langkah pelan. Bingung dengan apa yang terjadi. Tidak mungkin Adik kecilku ini tega untuk melukaiku.

"Sepertinya dia kesurupan," kata Alle dengan suara pelan.

"Apa yang harus kita lakukan?" Tanya Matt cemas.

Dengan kedua tangan yang dipegang erat oleh Alle dan Matt di sisi kanan kirinya, otomatis Ava tidak bisa menyerangku yang kini duduk tepat di hadapannya. Tubuh Ava hendak merangsek maju dengan raut wajah ingin menerkamku.

Kedua matanya menatatapku tajam seolah aku adalah mangsanya. Bibirnya hanya bisa mengeluarkan suara geraman yang tak jelas. Aku menangkup wajahnya dengan kedua tanganku. Air mataku menetes, rasa bersalah muncul karena aku tidak mampu melindunginya.

Cekalan Alle terlepas. Dalam hitungan detik tangan Ava telah mencakar pipiku. Aku meringis kesakitan karena kulitku tertinggal di kukunya. Ya, kulitku sedikit mengelupas. Alle segera menahan kembali sambil meminta maaf padaku.

"Bunuh... Mati..." desis Ava dengan suara aneh.

Suara berat bercampur geraman yang membuat siapapun bergidik ngeri. Kami bertiga saling berpandangan. Rasa bingung, takut, dan khawatir bercampur aduk menjadi satu. Tiba-tiba Ava berteriak nyaring seolah kesakitan.

"AVA!" teriakku spontan.

Hanya beberapa detik dan kemudian menjadi hening. Kedua mata Ava tertutup. Bibir mungilnya juga terkatup rapat.

"Ava, dia kenapa? AVA!"

"Tenang Al, Ava baik-baik saja. Dia hanya pingsan," jelas Alle sambil menenangkanku.

Matt segera menggendong tubuh Ava ke lantai dua, ke kamar Ava tepatnya. Dibaringkannya tubuh Ava pelan-pelan ke atas kasur.

"Sebenarnya apa yang tejadi dengan Ava?" tanya Alle padaku.

"A-aku tidak tahu! Dia makan ayam mentah, menggeram, menerjang, mencekik, dan bertindak seolah tak mengenalku! Dia... dia..."

Aku berusaha menjelaskan, namun kalimatku sangat kacau. Matt langsung memeluk untuk menenangkanku karena air mataku kembali mengalir.

"Tenanglah, ada Aku dan Alle di sini..."

Aku mengangguk dalam pelukannya. Setelah merasa agak tenang kulepaskan pelukan Matt lalu Aku duduk di tepi ranjang Ava.

"Kau benar-benar tidak mau menjelaskan apa yang terjadi?" tanya Alle.

"Mau menjelaskan bagaimana? Bahkan aku tidak mengerti dengan apa yang terjadi saat ini!" sentaku agak emosi.

"Err, baiklah. Maaf... bukan maksudku untuk mengadilimu Alice," ucap Alle hati-hati.

"Apakah ini perbuatan teman khayalan Ava atau..." Matt menggantung kalimatnya membuatku langsung menoleh padanya dengan padangan bertanya.

"Seseorang berjubah hitam!" Imbuh Matt dengan yakin.

Aku sedikit terkejut mendengar perkataan Matt, bukan apa-apa, Aku memang curiga pada sosok itu. Apa mungkin dia yang merasuki Ava?

"Sepertinya aku telah melewatkan banyak cerita," kata Alle dengan dahi mengernyit bingung.

"Apa kau pernah melihat sosok itu Matt?" Tanyaku curiga.

"Mungkin iya dan mungkin tidak. Aku tak begitu yakin dengan pengelihatanku sendiri karena halaman depan rumah ini remang-remang," jawab Matt tak yakin.

"Sosok apa? Kalian bicara apa sih? Aku benar-benar tak mengerti!" seru Alle jengkel.

Matt memutar bola matanya, tampaknya dia malas menjelaskan. Kujelaskan apa yang terjadi padaku akhir-akhir ini. Tentu saja hanya pada bagian yang tidak diketahui oleh Alle. Gadis itu memasang wajah serius sambil mengangguk-angguk.
Setelah selesai menceritakan semuanya, Alle malah memandangku dan Ava bergantian. Aku menunduk sambil memijat pelipisku. Sebagian dari diriku menolak untuk mempercayai makhluk astral yang masih diperdebatkan keberadaannya.

"Kita selidiki mereka!"

"Apa?" Kutolehkan kepalaku menatap Alle heran.

"Kita cari tahu siapa mereka sebenarnya, entah mereka manusia yang bisa melakukan vodoo, santet atau benar-benar hantu yang pasti kita harus mencari tahu siapa mereka sebenarnya!" Ujar Alle antusias.

"Alle benar..." imbuh Matt.

"Bagaimana caranya?" Tanyaku.

"Tentu saja dengan menginvansi seluruh isi Rumah ini! Bukankah seluruh barang-barang di sini adalah milik tuan rumah? Siapa tahu ada catatan atau apalah yang menujukan keberadaan mereka,"

"Kau benar!" Seruku.

"Tumben kau pintar," ejek Matt dengan mata mengerling jahil.

"Aku memang pintar! Kau saja yang terlambat menyadarinya!" Balas Alle dengan bibir megerucut. Tanda kalau dia sedang kesal.

Aku hanya tersenyum melihat mereka berdua. Semoga kami bisa menemukan petunjuk dan menghadapi makhluk aneh itu. Kami tak mungkin pergi dari sini karena Aku sudah tak memiliki uang untuk mengontrak. Ingat, Aku dan Ava harus hidup mandiri karena kelakuan Tante dan Om kami yang serakah! Bila terjadi sesuatu pada Ava mereka harus membayarnya!

*****
Maafkan saya yang update ceritanya lama banget! Selain liburan alasan saya untuk tidak update cerita ini adalah karena kekeringan ide. Otak saya lagi macet. Harap maklum.

Buat pembaca yang masih setia menunggu cerita ini update makasih banyak ya, apalagi yang sudah bersedia meluangkan waktu satu detik buat vote dan 5 detik buat comment. Double thank you deh,

Horror short story 'Daruma San' tinggal satu part lagi tamat, silahkan baca...
Untuk penyuka cerita teenlit cewek tangguh dan pinter gebukan silahkan mampir di cerita "I'm Not A Troublemaker"

Thank you

Typo bertebaran


The BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang