Prolog

17.3K 605 46
                                    

"Aku ingin membuat tawanya terhenti

Aku ingin membuat wajah polosnya sirna,

Tertutup dengan darah yang membasahi seluruh tubuhnya

Ingin kugantungkan tubuhnya hingga angin dapat membelainya

Lalu kubuat tubuh kecil itu tersayat

Dan membuat udara menghapus jejaknya

Kubayangkan tubuh itu menghantam tanah

Hingga membuat remuk seluruh badannya

Kuyakin tulang kakinya akan mencuat keluar

Menggodaku untuk menariknya

Dan menikmati tiap tetes darah

Juga wajah ketakutannya

Membuatku makin ingin menderai ususnya..."

Buku ini benar-benar membuat duniaku berubah! Kata-kata singkat pada tiap halamannya membuat tubuhku gemetar ketakutan. Bagaimana tidak? Tiap kalimatnya mampu membuatku terbayang dan tubuhku seakan ditarik olehnya untuk turut merasakan sosok menyeramkan yang selalu menghantui tiap tidur malamku! Lebih parahnya lagi, otakku sudah terancuni dengan kata-kata seramnya!

Aku pasti sudah gila! GILA!! Seharusnya aku tidak membaca buku ini! Seharusnya aku tidak pindah ke rumah ini! Lampu rumahku tiba-tiba saja padam, membuatku hampir menjerit kaget. Beruntung ada persediaan lilin dan korek yang selalu berada di nakas. Kudengar suara tangis adikku, Oh... dia pasti sudah sangat ketakutan. Aku berjalan perlahan keluar dari kamarku lalu menuju kamar adikku yang berada tepat di sebelah kamarku. Siluet itu... tenggorokanku tercekat hingga aku tak bisa bicara. Berhenti! Berhenti kubilang!! Tidak, suaraku... Tuhan kumohon....

Bayangan itu membawa pergi adik kecilku, nafasku terengah. Kuikuti perginya bayangan itu namun aku kehilangan jejak. Kucari dia di tiap sudut ruangan tapi aku tak dapat menemukannya. Lilin kecil yang kubawa sebagai alat peneranganku sama sekali tak membantu pengelihatanku. Air mataku mengelir deras tanpa kuperintah. Aku harus menemukan Avalee, adik kecilku!

Jendela kaca dekat ruang keluarga terbuka lebar, selambunya bergerak-gerak tertiup oleh angin. Seingatku aku sudah menutup pintu itu tadi. Kulangkahkan kakiku perlahan mendekat jendela. Kusibakan selambu kelam itu hingga kulihat sosok Ava yang berdiri di balkon, menaiki pembatas, lalu berdiri tegak diatasnya.

"Ava, STOP!!!" Teriakku.

Adik kecilku tak memperdulikan teriakanku, kulangkahkan kakiku mendekatinya. Sedetik kemudian tubuh kecilnya menjorok ke depan lalu terjatuh, membuat jantungku seakan berhenti berdetak. TEP! Hampir saja... untung aku bisa menangkap tangan kananya. Tubuhku setengah menggantung di pembatas balkon, kurasakan sakit di perutku karena tertahan oleh pagar pembatas. Tanganku mencengkram Ava erat-erat! Sekuat tenaga aku berusaha menarik Ava ke atas, tapi aku juga harus menjaga keseimbangan tubuhku karena kakiku menggantung, tak menjejak pada lantai.

Aku terus berusaha menarik tubuh Ava yang semakin terasa berat. Dari tadi aku menutup kedua mataku agar aku dapat berkonsenterasi menarik tubuh adikku ke atas.

"Kak, apa yang kau lakukan?" Tanya suara polos tepat di belakangku.

Aku masih bertahan diposisiku dan terus mempertahankan tangan Ava. Tapi suara itu... suara itu jelas-jelas milik Ava yang kini berada tepat dibelakangku. Kutolehkan kepalaku ke belakang, dan benar saja! Ava di sana!! Adikku memakai baju tidur bergambar Minnie Mouse dan melihatku dengan muka polosnya. Lalu tangan siapa yang kugenggam ini?

Takut-takut aku menolehkan kepalaku mencoba menatap tangan kecil itu. Sosok Ava masih di sana! Matanya yang berair menahan tangis membuatku tak mampu melepaskan tangan itu.

"Kak..." Panggil Ava yang berada di belakangku.

Seketika tubuhku menengang, otakku sibuk menerka-nerka sosok mana Ava yang sebenarnya?! Aku melihat Ava yang sedang bergelantung di udara, kalau aku melepaskan tanganku kuyakin tubuh kecilnya akan langsung menatap tanah. Tiba-tiba, cengkraman Ava makin menguat membuatku kesakitan. Bagaimana bisa adik kecilku mengeluarkan tenaga sebesar ini? Jangan-jangan dia....

Benar saja, wajah yang kukira adalah Ava perlahan berubah menjadi sosok menyeramkan yang menghantui duniaku akhir-akhir ini. Tangan mungil Ava yang kugenggam berubah menjadi keriput dengan kuku panjang yang memberet kasar kulit tanganku. Wajah polos Ava berubah menjadi sosok menyeramkan. Dengan kedua mata berwarna merah tanpa bola mata, wajah yang keabu-abuan dengan urat-urat yang menonjol, bibir yang robek panjang dari telinga kanan hingga telinga kiri. Rambut panjang kumal yang tak beraturan melilit di leherku. Belum sempat aku menjerit, tubuhku sudah ditarik olehnya.

Aku dapat merasakan tubuhku menubruk angin sebelum akhirnya membentur aspal yang membuat tubuhku terasa remuk. Aku dapat mendengar jeritan Ava yang meneriakan namaku sebelum mataku tertutup dan semuanya menjadi gelap!

*****

Ceritanya kehapus...

saya upload lagi deh. :(

Ini cerita horror saya setelah Papan Ouija

Semoga suka :D

The BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang