PART 10

4K 371 61
                                    

"Apa?" tanya Matt. Sepertinya dia ingin memastikan pendengarannya.

"Aku percaya kalau Beth itu ada," ulangku.

"Bukankah kamu sendiri yang marah-marah ketika Ava menceritakan tentang anak yang bernama Beth?" tanyanya, entah mengapa terdengar menghakimi di telingaku.

"Aku tahu! Tapi sekarang aku percaya kalau dia ada!" Sahutku ketus.

"Alice..."

"Aku melihat gadis itu dalam mimpiku. Dia ada Matt! Gadis itu nyata!" Selaku sebelum Matt sempat menyelesaikan perkataannya.

"Sepertinya kau harus istirahat!" suruh Matt tandas.

Aku hanya bisa berdecak sebelum berjalan terlebih dahulu meninggalkannya.

*****

Aku berjalan mondar-mandir sendiri di dalam Kamarku. Ada banyak keanehan di rumah ini. Jujur saja, Aku tidak mempercayai makhluk-makhluk tak kasat mata itu ada. Apalagi mereka yang dapat meneror bahkan mencelakai seseorang. Tapi, bagaimana dengan anak yang bernama Beth itu? Anak yang selalu mengikuti Ava dan mengajaknya bermain. Dia memberitahukan Ava untuk memperingatiku hal-hal yang buruk yang akan menimpaku. Yaaah... walau terlambat. Tapi dia mencelakai Ava!

Kerongkonganku terasa kering, Aku berjalan keluar dari kamar, menapaki anak tangga satu per satu. Langkahku berhenti ketika Aku tengah berdiri di anak kelima. Kulihat seseorang duduk di sofa dengan pandangan lurus ke depan. Berpakaian serba hitam dengan tudung menutup kepalanya. Dia perempuan yang dipanggil 'Kakak' oleh Beth. Apa yang dia lakukan di sini? Bagaimana bisa dia masuk ke dalam Rumahku?

Hatiku mengatakan untuk segera pergi menjauh dari tempat ini. Rasa tidak nyaman dan rasa takut mendominasi. Tapi bagian diriku yang lain memerintahkanku untuk mendekat dan mencari tahu siapa perempuan itu. Aku berjalan mendekatinya meskipun jantungku sudah berdebar kencang tak karuan.

Perempuan itu tiba-tiba saja bangkit berdiri dan melangkah menuju halaman depan. Kuikuti dia dengan rasa penasaran yang telah menjalar dari daging hingga ususku. Kubuka pintu depan yang langsung menghubungkanku pada perkarangan rumah. Lampu taman yang remang-remang membuatku harus ekstra memfungsikan indera pengelihatan. Kutolehkan kepalaku ke kanan dan ke kiri, tapi Aku sama sekali tidak melihat sosok perempuan iti di manapun.

Apa dia keluar dari rumah ini? Tidak mungkin! Jelas-jelas pintu pagar itu tertutup rapat dengan gembok yang terpasang. Tapi. Dia benar-benar tidak ada di manapun. Meski penerangan sangat minim tapi Aku masih dapat melihat dengan jelas. Yang kucari adalah sosok perempuan dengan tinggi hampir menyamaiku, bukan anak semut! Perempuan itu menghilang begitu saja di pekarangan. Sosoknya sama persis seperti dalam mimpiku siang tadi.

Tunggu! Ada yang aneh! Beth yang hanya dapat dilihat oleh Ava ada di dalam mimpiku siang tadi bersama dengan perempuan itu bukan? Kalau benar Beth adalah hantu/ setan/ makhluk gaib berarti perempuan tadi juga.... Bodohnya aku baru menyadari dia adalah makhluk beda spesies denganku! Pantas saja dia dapat menghilang begitu saja!

Aku masih berdiri di ambang pintu ketika otakku sibuk menganalisis dan melogikakan seluruh kejadian. Perempuan itu adalah pemilik buku merah yang seringkali menyiksa Beth. Aku ingat dengan jelas Ava pernah bercerita tentang Beth yang disuruh menyilet pergelangan tangannya menggunakan silet panas. Pakaian serba hitam di lemari itu membuat keyakinanku bertambah.

Apa yang mereka berdua inginkan dariku dan Ava? Mengapa mereka mengganggu kami melalui mimpi aneh dan bahkan mencelakai? Mataku menatap lurus pada patung malaikat yang berada di tengah halaman menghiasi air mancur yang kering. Aku belum sempat mengurus dan memfungsikan air mancur itu kembali. Patung berwarna putih kusam itu terlihat hidup. Pasti dibuat oleh seorang profesional hingga memiliki detail tubuh seorang anak kecil seumur Ava tanpa ada bagian yang terlewatkan.

Sadar sudah terlalu lama berdiri di ambang pintu. Aku membalikan tubuhku dan melangkah masuk. Belum sempat tanganku menggapai untuk menutup pintu, tubuhku menegang di tempat. Kuperintahkan untuk pergi, berjalan cepat, bahkan berlari menjauh dari tepat ini. Tapi tidak bisa! Kucoba untuk berteriak tapi lidahku kelu!

Sosok itu, perempuan yang tadi kuikuti berdiri tepat di hadapanku dengan kepala tertunduk. Tudung yang dikenakannya menambah kesan misterius dan menyeramkan. Jarak kami tidak lebih dari satu ubin. Tubuhku mengeluarkan keringat dingin, sedangkan dadaku terasa sesak kekurangan oksigen. Perlahan, perempuan itu menegakkan wajahnya, menatapku tepat di manik mata.

Tak sadar aku menahan nafas melihat wajah itu. Kedua matanya berwarna merah tanpa bola mata, wajah yang keabu-abuan dengan urat-urat yang menonjol, ditambah bibir yang robek panjang dari telinga kanan hingga telinga kiri.

Tubuhku bergetar menahan rasa takut yang menghimpit dadaku. Kedua matanya menatapku lurus seolah aku adalah mangsa lezat yang siap disajikan di piring. Mata? Bahkan aku tidak yakin itu adalah sebuah mata. Tubuhku rasanya lemas, berdiri saja aku sudah tidak sanggup rasanya. Pasrah, hanya itu yang bisa kulakukan saat ini.

"Kau menemukanku?" Tanya suara serak itu dengan mulut robeknya.

Mulutnya yang robek bergerak beriringan dengan pipi robeknya hingga telinga. Dapat kulihat benda aneh lengket yang kuyakini seperti daging merah busuk di dalamnya.

*****

Hola...

Sepertinya cerita saya kali ini kurang memuaskan ya?

Kurang Horror...

Terbukti dari pembaca yang sedikit.. T.T

Saya galau untuk melanjutkan cerita ini atau tidak :(

Typo bertebaran~

Baca juga cerita terbaru saya "I'm Not A Troublemaker" ya...

Bye..


The BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang