Part 1

9.3K 432 62
                                    

Aneh, aku tak dapat menangis padahal hatiku terasa sakit. Kecelakaan maut yang membuat kedua orang tuaku meninggal hingga menjadikanku dan adikku yatim piatu tak membuat meneteskan air mata? Kini aku tengah memeluk adikku yang menangis dipangkuanku. Kami tak memiliki siapa-siapa lagi. Om dan Tante hanya menambah penderitaan kami berdua. Bagaimana bisa dia menyuruh anak sekecil Ava untuk pergi berbelanja di Pasar sedangkan dirinya malah tiduran di kasur empuk sambil menonton acara TV?! Sedangkan aku? Bak seorang Cinderella , aku menyapu, mengepel, mencuci, memasak, dan melakukan pekerjaan rumah lainnya.

Mereka menyalah gunakan hak asuh mereka dengan mengangkangi harta yang ditinggalkan orang tuaku dan memperlakukan aku dan adik kandungku semena-mena. Umurku baru 16 tahun, dan itu berarti aku harus melewati waktu setahun lagi untuk mengusir mereka berdua dari rumah kami! Aku masih bisa menerima perlakuan mereka padaku, tapi tidak pada adikku!

Diam-diam aku menyuruh teman baikku untuk mencari rumah kontrakan yang murah. Semua keuanganku diatur oleh Tante, untung aku menabung diam-diam. Dan kupikir uang ini akan bisa digunakan untuk mengontrak rumah sederhana dan biaya hidup aku dan adikku. Untung saja temanku cepat menemukan sebuah rumah kontrakan yang murah dan tak terlalu jauh dari sekolah kami. Dia bilang, rumah itu cukup besar. Tanpa pikir panjang aku mengiyakan dan mentransfer sejumlah uang pada rekening temanku. Biarlah dia yang mengurusi semuanya. Dan sekarang, di sinilah kami... di depan rumah baru...

*****

Di dalam mobil Honda Jazz peninggalan orang tuaku, aku masih saja menatap rumah mewah ini tak percaya. Kulihat secarik kertas yang bertuliskan sebuah alamat di tanganku lalu aku kembali beralih pada rumah besar deihadapanku. Kembali aku melihat kertas itu lalu rumah, kertas lalu rumah, begitu terus hingga berulang kali. Bagaimana bisa rumah kontrakan mewah ini beserta perabotannya hanya berharga 3 juta per tahun?? Jangankan rumah mewah ini, rumah sederhana yang terletak di kampung-kampung saja memiliki harga 2 kali lipatnya.

"Kak Alice... ini rumah baru kita?" Tanya Ava yang duduk di jok sebelahku.

Aku hanya bisa mengangguk ragu menjawab pertanyaannya. Kucari kunci yang diberikan Sasha pagi tadi. Aku turun dari mobil lalu kucoba untuk membuka pagar bercat merah terang dan ternyata gembok itu terbuka. Masih setengah tak percaya aku membuka pagar itu lalu memarkirkan mobilku.

Di tengah halaman ada sebuah air mancur dengan patung malaikat lengkap dengan sayapnya. Sayangnya, aliran airnya berhenti dan tampak air yang berwarna keruh dengan daun-daun kering. Kuperhatikan sekelilingku, banyak ranting pohon, daun kering bertebaran di sana-sini. Pohon lebat di sekeliling rumah pasti menjadi penyebabnya! Mataku sibuk memeloti rumah yang walaupun mewah tapi terkesan ganjil.

Kugandeng tangan adikku sambil menyeret koper milik kami berdua. Aku hanya membawa sedikit barang, rencananya aku akan kembali ke rumah orang tuaku besok untuk membawa barang-barang kami yang lain. Tanganku berhenti di udara ketika aku ingin mendorong pintu depan rumah, pintu itu terbuka sendiri hingga mengeluarkan decit yang membuat bulu kudukku bergidik ngeri.

Aku yakin, aku belum mendorong pintu itu, bagaimana bisa terbuka sendiri? ahh... mungkin angin. Aku berusaha untuk berpikir positif dan menjauhkan pikiran buruk itu dari benakku. Gelap! Debu! Rumah ini benar-benar membuatku kesal! Sudah berapa lama sih rumah ini kosong?? Kuletakan koperku di sudut dan aku memulai ritual bersih-bersih rumah yang pasti membuat tubuhku remuk nanti. Ava, adik kecilku ngotot untuk membantuku membersihkan rumah padahal aku menyuruhnya untuk duduk diam. Dia tetap membantahku hingga akhirnya aku menyerah dan memberikan tugas-tugas kecil untuknya.

Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 8 malam, aku dan adikku tengah menikmati pizza yang kupesan secara delivery tadi. Ava makan dengan lahap membuatku lega karena dia tetaplah Ava yang periang setelah semua penderitaan yang kami lewati. Umur kami memang terpaut jauh, tapi aku sangat sayang padanya.

The BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang