Hadiah Terindah

7.6K 464 10
                                    

Aku menatap kosong pintu didepanku. Sudah tiga jam Reynand berada di dalam sana. Berjuang diantara hidup dan mati.

Sial..

Aku yakin kalau penabrakan itu adalah penabrakan terencana. Walaupun dalam keadaan kalut aku tahu dengan pasti bahwa mobil yang menabrak Reynand sama sekali tidak mengerem mobilnya. Hal itu hanya terjadi jika pengemudinya memang berniat untuk menabrak apa yang ada di depannya.

Aku mengepalkan tanganku erat. Aku berjanji pada diriku sendiri aku akan menghabisi siapa saja yang berusaha membuat Reynand meregang nyawa.

Aku akan membalasnya.

Aku memukul-mukul dadaku untuk mengurangi rasa sesak yang ada. Air mataku telah mengering karena terlalu banyak menangis. Tapi tetap saja rasa sakit itu masih sangat terasa.

Pintu didepanku terbuka dan menampilkan pria paruh baya yang mengenakan jas putih. Aku segera berdiri dan menghampirinya.

"Anda siapanya saudara Reynand?" Tanya dokter itu.

"Saya tunangannya dok. Saat ini hanya saya kenalannya. Orangtuanya sedang dalam perjalanan menuju kesini."

Tadi ketika Reynand telah ditangani tim dokter aku langsung menghubungi markas, memberitahukan yang terjadi. Aku juga meminta tolong mereka untuk mengabari orang tua Reynand dan membawanya kesini.

"Kondisi pasien  sudah stabil. Hanya saja sekarang dia masih koma. Dan kami tak dapat memperkirakan kapan pasien akan sadar." Sedikit kelegaan menghampiriku. Setidaknya ada kesempatan untuk Reynand kembali kepelukanku.

"Saya boleh melihatnya, dok."

"Sebentar lagi pasien akan dipindahkan keruang rawat."

Setelah mengucapkan terima kasih dokter tersebut berlalu. Aku terduduk di lantai dengan air mata yang masih mengalir. Mengapa bersamamu terasa sangat sulit sayang?

Saat ini Reynand telah berada di ruang rawat dengan alat-alat yang melekat diseluruh tubuhnya. Aku menatap wajahnya yang terlihat tenang itu. Tak tahu kah dia jika aku cemas disini?

Aku mengulang kembali semua ingatan dari awal aku bertemu dengannya.

Pertemuan pertama, pelukan pertama, kecupan pipi pertama, kecupan kening pertama, sampai ciuman pertama di bawah hujan sesaat sebelum dia meninggalkanku.

Semua ingatan itu membuat dadaku kembali nyeri. Kamu harus sadar Sayang. Kamu telah berjanji akan menikahiku.

"Reynand." Ucap sebuah suara yang diikuti dengan pintu yang terbuka dan wanita yang seumuran Bunda masuk diikuti pria yang seumuran Ayah. ah.. pria itu adalah Daddynya Reynand. Berarti wanita ini adalah Mommynya Reynand.

Wanita tersebut menatap Reynand dengan pandangan sedih. Ah.. jika saja dia tidak menolongku mungkin aku juga akan tertabrak. Semuanya karena aku.

"Tante. Maafin saya Tante. Semua karena saya. Jika dia tidak mendorong saya, saya pasti juga akan tertabrak. Semua ini salah saya tante." Aku hanya bisa menunduk tak berani menatap kedua orangtua Reynand.

Namun aku merasakan sebuah pelukan hangat.

"Ssstt... jangan bicara begitu sayang. Semua ini memang sudah takdir." ternyata yang memelukku adalah mommynya Reynand.

"Mulai sekarang jangan panggil tante ya. Panggil mommy saja. Kamu kan wanita yang akan di lamar Reynand." Eh... kok mommynya Reynand tahu.

"Tadi siang Reynandnya sendiri yang memberitahu kami kalau dia akan melamar seseorang." Kali ini Daddy nya Reynand yang membuka suara.

Our SecretWhere stories live. Discover now