"Biarkan setiap nada membawa cerita, dan setiap cerita membentuk jiwa."
Mesa Hiraya-barista berdarah Medan-Pakistan dengan perawakan tomboy-tumbuh bersama suara mimpi yang diwariskan orangtuanya. Namun tepat ketika ia mulai menggapainya, dunia meren...
Jangan lupa tinggalkan jejak (vote, komen, dan follow Radiobodol_) sebelum membaca.
P r o l o g
‘Rhapsodi’
Sebuah kisah sepasang sahabat dengan banyak cerita hangat. Terikat oleh mimpi, musik, dan kehilangan yang menyayat.
KaryaRadiobodol
¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
“Biarkan setiap nada membawa cerita, dan setiap cerita membentuk jiwa.”
Ia berjalan gontai dengan tatapan kosong, menunduk dalam pada lantai lusuh menuju ruangan yang membuat ketakutan dan perasaan bersalahnya menjadi padu. Tangannya bergerak menarik kenop pintu hingga terdengar deritan menusuk kalbu.
Angin hampa menyibak permukaan kulitnya. Udara lewat bagai belati tak kasat mata yang melahap habis jiwanya. Pemandangan pertama yang ia saksikan adalah gitar akustik miliknya yang tergeletak di lantai. Ia ratapi benda yang mengantarkannya sampai ke lorong-lorong mimpi sebelum akhirnya berhenti—ada goresan kecil di bodi gitar, warna kayu yang memudar serta ada tali yang agak longgar. Semesta sudah menyulap gitar itu sesuai dengan keadaan dan semua mimpi-mimpinya hari ini. Bahwa rasa bersalah dalam dadanya tak cukup membuat asanya hidup kembali.
Dari gitar, pandangannya beralih, menyelami bingkai foto yang berada di sampingnya. Retakan pada kaca membuat perasaan bersalahnya semakin menyala. Dan ketika retinanya berhasil mengeja sosok perempuan cantik dengan balutan dress putih serta senyuman hangat yang terpatri, tangisnya menjadi-jadi.
Ia merosot, membiarkan kedua lututnya membentur lantai yang dingin dan usang. Menunduk dalam sambil memukul dadanya berulang-ulang. “Apa kamu nggak bisa kembali?” tanyanya pada sosok perempuan berambut panjang dalam bingkai yang ia usap-usap sekarang.
Keputusasaan tergurat jelas dalam wajahnya. Suara-suara yang membuat kepalanya ingin pecah tiba-tiba kembali bergaung di telinganya.
“Perempuan cantik berumur 19 tahun ditemukan bunuh diri di rumah kontrakannya.”
“Diduga Depresi Seorang Mahasiswi kimia Universitas Gadjah Nusantara Ditemukan Meninggal Dunia Setelah Bunuh Diri di Kontrakannya.”
“Nekat Mengakhiri Hidupnya, Ini Dia Fakta-Fakta Perempuan Cantik Yang Ditemukan Tewas Bersimbah Darah Di Kontrakannya.”
“Kisah Tragis Perempuan Cantik Yang Mengakhiri Hidupnya Tepat di Hari Ulang Tahunnya.”
“Kamu kelihatan bahagia waktu kita habiskan separuh hari di laboratorium seolah-olah mimpi kita memang senada dan kamu bersemangat untuk mewujudkan—”
“Sekali ini aja, jangan jadi penghalang untuk mimpiku!”
“Egois! Maunya hanya didengarkan sendiri! Kalau begitu kenapa nggak hilang aja kamu dari dunia ini?!”
“Aku benci kamu!”
Ia memukul-mukul kepalanya, berharap suara-suara itu segera lenyap. Tapi bak pasukan lebah, suara-suara itu terus berdengung ria. Wajahnya merah padam, mata sembab, air terus mengalir deras dari pelupuknya, apalagi saat iris hitam kecoklatan miliknya tak sengaja melihat amplop lusuh dengan kertas bagian dalam yang sedikit keluar serta ada beberapa kata yang berhasil menyulut air matanya untuk jatuh semakin banyak.
Ia hancur. Mimpinya melebur. Menatap tirai tipis warna putih kusam yang tersibak angin dari celah kaca jendela yang retak, ia melamun jauh menatap langit berwarna kelabu pekat; sekarang apakah ia bisa kembali atau kehilangan segalanya?
¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.