Tao ulurkan tangan kanannya dengan anggun kedepan para kurcil agar mereka menjabatnya. Namun hanya Hyun yang langsung menyambut jabat tangan itu.
"Hyun." ucapnya sembari tersenyum tipis. "Salam kenal ya."
"Okey, Hyun. Boleh kita tukeran nomer? Siapa tau kalau Hyun butuh something or anything bisa langsung text me. Jangan sungkan! Kakak ini pasti akan bisa membantumu." seru Tao dengan nada penuh hormat.
Kakak? Kakak dari Hongkong! Ini mah kelihatan jelas banget Tao berusaha ngejilat Hyun.
Ketika Hyun mengejakan nomer ponselnya, Tao dengan gercep mengetik buat nge-save nomernya.
Setelah urusan Tao dengan Hyun selesai, kini ganti giliran Kai. Sayangnya, meski Tao terus nyodorin tangan kearahnya, Kai tetap tidak bergeming.
Wait! Meski dalam kondisi begini, bukan namanya Tao kalau nggak bakal ngelakuin hal agresif. Dia tarik paksa tangan kanan Kai dan menggenggamnya erat. "Yeh Kai kan, adiknya Uni dan Lay. Aike bakal sering main ke rumah yeh kalau begini."
Wajah Kai memerah menahan jijik, namun Tao terlihat tak ingin melepaskannya. Dia malah meraba dan mengelus tangan Kai dari ujung siku sampai ujung jari disela jabat tangan paksa itu.
Sekuat tenaga Kai berusaha memberontak. Begitu terlepas,
Kai langsung lari ke toilet. Melihat itu, Shema langsung bangkit untuk menyusul Kai. Tapi karena ada Hyun dan Chiko yang masih duduk nyaman menghampitnya serta tiba saja tangan Tao terjulur untuk mencekal bahunya. Shema jadi give in, beneran udah gak bisa kemana-mana.
"Mau kemana ganteng, kita kan belum deep in." seloroh Tao dengan penuh gairah. Matanya penuh gejolak nafsu saat menatap Shema, seperti hendak memakannya.
"Ak..ak...ku.. She..ma, bang." cicit Shema takut - takut.
"Bang?" Tao menaikan sebelah alisnya. Amarah seketika membuncah dari wajahnya, akan tetapi langsung dia tahan dengan berucap. "Untung ganteng! Ish, panggil Aike kak, don't Bang. Okey!"
Tangan Tao kemudian menowel dagu Shema dengan centil. Shema hanya bisa diam diperlakukan seperti itu meski badannya begidik penuh keringat. Berhasil membuat Shema terintimidasi, Tao tersenyum puas.
Selanjutnya, Tao beralih menatap Chiko dengan intens. Tidak ada tanda-tanda ia ingin mengajaknya berkenalan. Namun sejurus kemudian, inilah yang Tao ucapkan "Aike masih nggak habis pikir, kenapa yeh bisa berantem sama Abang sendiri cuma buat rebutin ondel-ondel?"
Chiko hanya balas menatap Tao. Agak lama, namun kebisuan ini bikin Tao makin geregetan.
"Kalo neh rasa itu privasi. Gini aja! question-nya Aike ganti." lanjut Tao, "Jadi umb, sebenernya apa sih yang yeh suka dari si ondel - ondel?" tanyanya serius.
Udah expect sih kalau Tao bakal bombardir Chiko kek begini. Mungkin dia juga nangkep kalau Chiko dan Sioni dari tadi saling tatap dari kejauhan kek Romeo and Juliet yang terpisahkan like a drama.
"Cinta ya aku tetap cinta." seru Chiko. Matanya fokus ke arah Sioni yang kembali muncul dari arah dapur menuju meja kasir sembari membawa segelas milkshake strawberry ditangannya.
Daebak! Bisa perang dunia ketiga kalau Kak Dio juga ada disini.
Mendengar jawaban singkat Chiko, Tao mencebikan bibir kemudian meniupkan nafas dari mulut ke arah poninya.
"Kenapa nggak yeh rayu lagi tuh ondel - ondel? So, dia sama lo, Aike sama abang lo." bisik Tao menawarkan win-win solution.
Chiko menggeleng. "Nggak dulu, tunggu gue lulus SMA. Bakal gue buktikan kalau gue bisa lebih sukses dari Dio."
YOU ARE READING
Please Call Me, Uni
ChickLitIni kisah Seruni yang sudah pasrah dipanggil Uni. Diterima kerja di Departemen HR Myeon Green Food- anak perusahaan Myeon Group, memberi pengalaman berharga untuk karier awal Uni yang notabennya fresh graduate. Di bulan berikutnya, Uni memutuskan be...
Part 16
Start from the beginning
