13

1.6K 233 21
                                        

Seulgi mulai memahami. Potongan-potongan yang sebelumnya kabur perlahan mulai tersambung dengan jelas, membentuk sebuah kebenaran yang selama ini tersembunyi di balik bayang-bayang.

Ia menelan ludah, mencoba menenangkan detak jantungnya yang semakin tidak beraturan. "Seseorang yang lain?"

Boem Soe terkekeh pelan, nada suaranya penuh ironi. "Orang yang sangat kau kenal dengan nama Yoo Jaeyi."

Seulgi mengerjap, otaknya berusaha mencerna informasi itu.

"Jaeyi?" gumamnya, nyaris tidak terdengar.

"Tidak percaya?" Boem Soe menyela dengan nada meremehkan. "Bukankah harusnya kau mengenalnya lebih dari siapa pun? Yoo Jaeyi... atau harus kupanggil Jay, pemilik J Medical Center."

Ucapan itu menghantamnya lebih keras dari yang ia perkirakan.

Seulgi membeku.

Dia tidak tahu. Atau... mungkin ia tidak pernah benar-benar mencoba mencari tahu.

Boem Soe menatapnya tajam, seolah menikmati keterkejutan yang tergambar jelas di wajahnya. "Atau kau sudah berhenti percaya padanya sejak dia menghilang?"

Seulgi tidak menjawab. Ia masih berusaha menyusun kepingan-kepingan ingatan yang tercerai-berai di kepalanya.

Boem Soe melangkah lebih dekat, suaranya menurun menjadi bisikan yang dingin. "Dia melakukan semua ini untuk melindungimu."

Seulgi mengangkat wajahnya, menatap Boem Soe dengan campuran kebingungan dan ketidakpercayaan.

"Sejak dulu," lanjut Boem Soe, suaranya dipenuhi kebencian. "Sejak sekolah. Bahkan saat dia membuang segalanya untukmu."

Seulgi menggeleng samar, menolak mempercayainya.

"Kau seharusnya tidak hidup sejak malam festival sekolah itu," suara Boem Soe kini lebih dalam, menusuk tepat ke dalam pikirannya. "Dan dia memastikan kau tetap hidup dengan mengorbankan dirinya sendiri di hadapan ayahnya."

Malam festival sekolah.

Ingatan itu menghantamnya seketika.

Bagaimana malam itu berakhir dengan kekacauan, bagaimana seseorang melindunginya, dan bagaimana ia mendapatkan luka di lengannya-luka yang ia dapatkan dari seseorang yang kini berdiri di hadapannya.

Dulu, pisau itu menggores lengannya.

Sekarang, pisau yang sama berada di lehernya.

Seulgi hampir tidak menyadari napasnya yang semakin pendek. Semuanya terasa begitu familiar, seolah waktu berputar kembali ke titik yang sama, dengan hanya satu perbedaan besar-kali ini, Boem Soe tidak ragu sedikit pun.

"Tapi itu tidak penting sekarang." Boem Soe menegakkan tubuhnya kembali, menatapnya penuh tekanan. "Karena kau akan melakukan sesuatu untukku, Seulgi."

Pisau di lehernya bergerak.

Bukan menjauh, tapi semakin menekan.

Jaeyi. Yoo Jaeyi. Jay.

Satu orang yang sama.

Dan lagi, seperti dulu, semuanya terulang kembali.

Tidak ada penjelasan.

Tidak ada jawaban yang pasti.

Hanya keheningan, janji yang menggantung, dan kepercayaan yang selalu ia berikan pada seseorang yang tidak pernah benar-benar menjelaskan apa pun padanya.

Namun sesuatu masih mengganjal dalam pikirannya.

Bagaimana kasus ini bisa begitu cepat mencuat?

Bagaimana dalam hitungan jam, namanya sudah tersebar di berbagai media?

Until You Notice - Jaeyi Seulgi [ END ]Where stories live. Discover now