‼️ Kalau mau makin dapet vibes-nya, coba dengerin The Night We Met – Lord Huron.
Terutama bagian "I had all and then most of you, some and now none of you." Bener-bener masuk ke perasaan Seulgi di part ini.
Selamat membaca! ❤️
—
Di kepalanya Seulgi penuh dengan suara-suara yang tidak ingin dia dengar.
Kau bukan Jaeyi.
Dia sendiri yang mengatakannya, tapi kenapa hatinya masih berharap?
Seoul tetap terang seperti biasa, tapi entah kenapa dia merasa terjebak dalam bayangan seseorang yang bahkan tidak seharusnya ada lagi.
Jaeyi sudah hilang.
Lalu kenapa, setiap kali Jay berbicara dengan nada itu…
Kenapa rasanya seperti Jaeyi masih di sana?
Seulgi menghela napas saat melangkah keluar dari kafe tersebut. Udara malam terasa dingin, menusuk kulitnya. Baru beberapa langkah, sebuah mobil berhenti di sampingnya.
Jendela turun, memperlihatkan Jay yang duduk di balik kemudi. "Masuk," katanya tanpa basa-basi.
Seulgi mengerutkan kening. "Aku bisa pulang sendiri."
Bukannya tetap di tempatnya, Jay malah keluar dari mobil, berjalan ke sisi Seulgi, lalu membuka pintu penumpang untuknya. Seulgi mengangkat alis, tapi sebelum sempat berkata apa-apa, Jay hanya menatapnya seolah ini hal yang wajar.
Seulgi menggigit bibirnya. Satu kebiasaan kecil yang terasa begitu familiar.
"Aku bukan supir taksi, Seulgi. Masuk," ulang Jay, suaranya terdengar ringan, tapi ada sesuatu di matanya—sesuatu yang tidak bisa Seulgi abaikan.
“Masuk,” ulangnya lagi, kali ini lebih pelan.
Terlalu lelah untuk berdebat, Seulgi akhirnya menurut dan masuk ke dalam mobil. Saat ia duduk, Jay refleks mengangkat tangannya, menahan di atas pintu—kebiasaan lama yang masih melekat tanpa ia sadari.
Seulgi sempat menoleh, matanya menangkap gerakan kecil itu. Ada sesuatu di dadanya yang berdesir pelan, tapi dia memilih diam, berpura-pura tidak merasakan apa-apa.
Dia ingin percaya, hanya sedikit saja, bahwa yang ada di depannya memang Jaeyi.
—
Begitu dia mengenakan sabuk pengaman, Jay tanpa sadar menarik ujung sabuknya sedikit, memastikan itu terpasang dengan benar. Seulgi menegang.
Dulu, Jaeyi selalu melakukan itu.
Tatapannya menoleh ke Jay, yang tampaknya tidak menyadari tindakannya. Hanya setelah beberapa detik keheningan, Jay akhirnya bersuara.
"Begitu saja?" tanyanya, satu alisnya terangkat.
Seulgi mengalihkan pandangan ke depan. "Aku tidak ingin berdebat sekarang. "
Jay tersenyum kecil, lalu mulai mengemudikan mobilnya.
Seulgi membiarkan dirinya percaya—hanya sedikit—bahwa wanita sebelahnya bukan hanya sekadar bayangan dari masa lalu.
Mobil melaju dengan tenang di jalan yang mulai lengang. Tidak ada percakapan di antara mereka, hanya suara AC yang berhembus pelan.
Dari speaker mobil, lantunan melankolis "The Night We Met" mengalun, memenuhi kesunyian di antara mereka. Seulgi melirik sekilas ke arah Jay, yang tetap fokus pada jalan, jarinya mengetuk-ngetuk setir dengan ritme pelan.
Lagu itu…
Seulgi menggigit bibirnya, perasaan asing menyelinap di dadanya. Lagu yang dulu pernah mengiringi perjalanan mereka. Lagu yang, entah bagaimana, mampu melukiskan kenangan yang sulit diabaikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Until You Notice - Jaeyi Seulgi [ END ]
FanfictionJaeyi selalu hadir-dalam bayangan, dalam lagu-lagu yang mengalun tanpa sengaja, dalam kebiasaan kecil yang Seulgi pikir sudah ia lupakan. Seberapa jauh pun ia mencoba melangkah, selalu ada sesuatu yang membawanya kembali. Tapi apa arti semua ini? Se...
![Until You Notice - Jaeyi Seulgi [ END ]](https://img.wattpad.com/cover/391160743-64-k751246.jpg)