05

1.7K 250 4
                                        

Seulgi tidak tahu sudah berapa lama dia menatap alamat di tangannya.

Tangan yang sama-dulu pernah menggenggam Jaeyi begitu erat.

Tapi sekarang, tidak ada lagi Jaeyi. Yang ada hanya Jay.

Haruskah aku datang?

Seulgi mengembuskan napas panjang. Dia benci ini. Benci bahwa Jaeyi masih punya kendali atas dirinya bahkan setelah bertahun-tahun.

Tapi pada akhirnya, Seulgi tetap datang.

Apartemen itu terletak di lantai tertinggi sebuah gedung mewah. Tidak ada yang mengejutkan-Jaeyi selalu memiliki standar tinggi untuk tempat tinggalnya.

Namun, ketika pintu terbuka, hal pertama yang menarik perhatian Seulgi bukanlah kemewahannya.

Melainkan tumpukan dokumen, papan penuh catatan, serta berbagai rekaman berita yang tersebar di ruang kerja.

Dan di tengah ruangan, Jay berdiri dengan tangan terlipat di dada.

"Cepat juga," katanya sambil menatap Seulgi dengan seringai kecil.

Seulgi mengabaikannya. Matanya menyapu seluruh ruangan. Ada foto-foto dari tahun-tahun yang lalu, beberapa surat yang tampaknya tidak pernah terkirim, serta rekaman berita yang mencatat vonis ayahnya dan transisi kepemilikan J Medical Center ke Jay.

Jay berjalan mendekat, ekspresinya tak terbaca. "Masih penasaran kenapa aku kembali?"

Seulgi mendekat ke meja dan mengambil salah satu dokumen.

Jantungnya mencelos.

"Jadi... selama ini - "

Jay berjalan mendekat. "Tidak pernah berhenti."

Seulgi menatapnya. Ada kelelahan di mata Jay, tapi juga tekad yang sama seperti dulu.

"Lalu, kenapa kembali sekarang?"

Jay terdiam sejenak sebelum menjawab, "Karena aku sudah siap."

Seulgi mencengkeram dokumen di tangannya. Siap untuk apa? Untuk menghadapi kenyataan? Atau untuk meninggalkan semuanya lagi setelah selesai?

"Dan aku butuh kau, Seulgi."

Napas Seulgi tercekat.

"Apa?"

Jay mengulurkan sebuah amplop kepadanya.

"Buka."

Seulgi ragu-ragu, tapi akhirnya dia mengambilnya. Saat dia membaca isinya, tubuhnya langsung menegang.

Ini...

Seulgi mengangkat kepalanya dengan tatapan terkejut.

Jay tersenyum tipis. "Aku ingin kamu bekerja di J Medical."

Seulgi merasa kepalanya berputar.

Bekerja di J Medical? Rumah sakit yang sekarang sepenuhnya milik Jaeyi?

"Kenapa aku?"

Jay bersandar ke meja, ekspresinya serius. "Karena aku hanya percaya padamu."

Seulgi ingin tertawa. Percaya?

Jaeyi yang sama-yang pergi tanpa jejak, yang meninggalkannya dalam ketidakpastian, yang mengubah namanya dan identitasnya-sekarang berkata bahwa dia mempercayainya?

Tapi yang lebih parah dari itu...

Hatinya masih ingin mempercayai Jay kembali.

Until You Notice - Jaeyi Seulgi [ END ]Where stories live. Discover now