Aku mengambil telapak tangannya yang ada di dadaku lalu membawanya ke bibirku untuk kucium, dia tersenyum manis padaku dan akupun membalasnya dengan senyuman terbaikku dan pandangan memujaku untuknya, aku memasangkan cincin itu di jarinya dan aku merasa saat dia memakai cincin itu semuanya terasa benar dan semuanya terasa lebih mudah saat aku melihatnya. Ashley benar-benar anugerah terindah tuhan yang di berikan untukku dan aku bersyukur karena hal itu. Aku akan mensyukurinya sepanjang sisa hidupku.

Aku mengecup pipi Ashley ketika aku melihatnya begitu bahagia bisa kembali memakai cincin itu, sekali lagi dia tersenyum padaku lalu mengecup bibirku sebagai balasannya.

"Terima kasih Sean"

"Kuberikan hidupku untukmu sayang"

***

Semua persiapan pernikahan ini sungguh sangat melelahkan tapi aku tidak bisa menyembunyikan diriku bahwa aku sangat bahagia, aku senang bisa melihat semua persiapan yang rumit itu dilakukan, aku senang melihat Melisa berkali-kali menggerutu ketika ada sesuatu yang membuatnya tidak puas dengan pernikahan ini, biasanya dia akan marah dan melempar kertas atau apapun yang sedang dia pegang ke arah meja jika ada sesuatu yang tidak tepat dan itu sungguh membuat orang lain ketakutan setengah mati. Mereka pasti sangat menyadari bahwa melayani keluarga Blackstone tidak semudah kelihatannya. Siang ini Richard melaporkan jika Ashley dan Melisa sedang makan siang bersama, aku sedikit tenang mendengarnya, meskipun tidak sepenuhnya tenang dengan adanya Melisa di dekat Ashley, setidaknya aku tahu jika Melisa menginginkan Ashley untuk menjadi bagian dari keluarga Blackstone dan itu akan memudahkan menjaga Ashley tanpa harus mengekangnya.

"Aku mengerti Richard, kau boleh pergi sekarang" aku berkata singkat sambil kembali memusatkan perhatianku pada pekerjaanku.

"Mr Blackstone" aku mendengar Richard berkata dengan sopan sebelum kemudian berjalan ke arah pintu dan keluar dari ruanganku. Aku melewatkan waktu makan siangku dan melanjutkan pekerjaanku yang rasanya tidak ada habisnya. Setelah beberapa jam berlalu, aku tidak bisa menahannya lagi, aku benar-benar merasa akan kehilangan akal sehatku jika aku tidak mendengar suara Ashley. Aku meraih ponselku lalu segera menghubungi Ashley.

"Sean?" aku merasa seolah lebih tenang dari sebelumnya ketika aku mendengar suara lembutnya itu.

"Aku mencintaimu" aku berkata sambil mengetukkan penaku ke atas meja besarku, aku menggigitku dan menahan nafas menanti jawaban apa yang akan dia berikan padaku, saat itulah aku merasa diriku benar-benar tolol, aku seperti seorang pemuda bodoh yang sedang jatuh cinta untuk pertama kalinya. Aku yakin saat itu aku benar-benar terlihat memalukan.

"Aku juga mencintaimu Sean" aku mendengar suara lembutnya lagi, aku bersumpah hatiku serasa terbang ketika dia mengucapkannya.

"Aku merindukanmu, kau tidak datang untuk menemuiku?" aku berkata sambil bersandar pada kursiku, aku memejamkan mata sejenak untuk memikirkannya, suara yang kudengar selanjutnya adalah suara tawa kecilnya yang terdengar begitu menghibur.

"Aku tidak bisa Sean, aku sedang bersama nenekmu" dia menjawabnya lagi.

"Apa yang kalian lakukan?" aku bertanya dengan seringai di bibirku.

"Aku tidak bisa memberitahumu" dia berkata sambil tertawa ringan.

"Kau bermain rahasia padaku?"

"Aku berjanji ini bukan sesuatu yang membahayakan, jangan marah padaku, please" dia berkata dan aku bisa membayangkan saat ini dia sedang menggigit bibirnya karena gugup.

"Maka katakan padaku manisku" aku menggodanya tapi dia masih tidak mengatakannya, aku tertawa sebentar lalu mengalah padanya.

"Apa menu makan siangmu?" dia bertanya padaku dengan suara riangnya.

Forever MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang