Jaeyi selalu hadir-dalam bayangan, dalam lagu-lagu yang mengalun tanpa sengaja, dalam kebiasaan kecil yang Seulgi pikir sudah ia lupakan. Seberapa jauh pun ia mencoba melangkah, selalu ada sesuatu yang membawanya kembali. Tapi apa arti semua ini? Se...
Jay menghela napas, meletakkan laporan di atas meja.
Seulgi mengetuk meja dengan jarinya, merasa sedikit jengkel.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Jay tersenyum kecil membaca pesan itu. Seketika, kenangan lama berputar di kepalanya—Seulgi yang bernyanyi di ruang karaoke setelah pulang sekolah, suaranya memenuhi mobil setiap kali mereka dalam perjalanan. Kadang meleset, kadang terlalu semangat.
Tapi bukan sekadar nyanyian yang ingin Jay dengar—melainkan suara Seulgi.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Seulgi tidak bisa menahan tawa kecil.
Pujian macam apa itu?
Tangannya masih menggenggam ponsel, matanya terpaku pada layar. Dia menghela napas pelan, ujung jarinya melayang di atas keyboard sebelum akhirnya mengetik pesan lain.
Dia hanya ingin tahu—apakah Jay masih mengingat hal-hal kecil itu?
Bukan jawaban yang panjang atau penuh emosi yang ia cari. Hanya sesuatu yang bisa meyakinkannya bahwa sosok di balik layar ini… masih seseorang yang dulu ia kenal.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Jay menatap pesannya lama, jemarinya diam di atas layar.
Seulgi masih seperti dulu—bertanya dengan cara yang sederhana, tapi meninggalkan jejak di pikirannya.