BAB 31

10 0 0
                                        

🌼Happy Reading🌼

Lyra segera keluar dari mobil, sebuah kaca mata hitam bertengger manis di hidung mancung dan mungilnya. Dia menoleh ke kanan dan ke kiri, memastikan tidak ada yang akan mengenalinya.

"Astaga, Raa. Lo beneran harus sejauh ini?" Manda keluar dari mobil yang sama, dia melihat Lyra disertai ekspresi lelah.

"Gue harus sejauh ini, Man. Siapa cewek yang lagi sama Andreas, gue harus tau itu!"

Helaan napas panjang keluar dari mulut Manda, gadis berambut panjang dan bergelombang itu benar-benar tidak tahan. "Gue kira lo ngga ada perasaan ke Andreas, tapi apa? Hanya karena Bian kirim foto Andreas lagi sama cewek, lo langsung pengen lihat cewek itu. Sebenarnya apa, sih, Ra?" sungutnya.

"Emangnya salah kalau gue penasaran sama cewek barunya?" balas Lyra tidak terima.

"Iyalah, Ra! Lihat kelakuan lo sekarang, itu membuktikan kalau sebenarnya lo suka sama Andreas. Atau jangan-jangan, lo beneran suka sama Andreas?" tuduh Manda, "terus Jerry? Lo lupa udah punya Jerry?"

Semua ucapan Manda membuat Lyra terdiam kaku layaknya patung. Dia tidak bisa mengelak lagi karena semua yang dikatakan Manda adalah faktanya. Namun, rasanya Lyra tidak terima karena Andreas bersama perempuan lain, juga melakukan apa yang pernah mereka berdua lakukan.

"Ya udah, deh, gue anggap ini selesai dengan satu kesimpulan," putus Manda, "karena kita udah di sini, buat balik lagi, pun, sayang sama uang parkirnya, kita lanjut masuk aja."

"Bentar, kesimpulan apa maksud lo?"

"Kesimpulan kalau lo sebenarnya suka sama Andreas," tukas Manda, lagi-lagi kalimat itu berhasil membuat Lyra diam seribu bahasa.

"Udah, yuk, kita jangan cari Andreas sama itu cewek, kita cari Bian sama Baron aja," ajak Manda, Lyra tetap diam, tetapi diamnya Lyra bagi Manda adalah suatu persetujuan.

Keduanya melangkah memasuki mal yang ada di pusat kota, mal yang menjadi tempat paling sering mereka kunjungi bersama.

***

Andreas memegang sebuah bola boling, di sampingnya ada Sofia, masing-masing memegang bola. Andreas melirik Sofia, seolah bersiap untuk mengalahkan gadis tersebut. "Bentar, gue mau lihat permainan lo dulu. Kita punya tiga kesempatan, kan?" paparnya.

"Benar, Tuan."

"Okeh. Lady's first?"

Sofia tersenyum tipis, dia memposisikan dirinya di jalur boling, mengamati target, dia mulai mengayunkan bolanya dengan lengan yang lurus kemudian melempar bolanya menuju pin-pin yang telah di susun.

Sofia mengamati kepergian bolanya, hingga akhirnya bola tersebut berhasil merobohkan semua pin yang ada. Sofia berseru senang, tidak lupa dia melihat ke tempat Andreas duduk di belakangnya. Seperti memberi tanda jika dia bisa mengalahkan Andreas.

Di tempatnya Andreas menunjukkan ibu jari pada Sofia kemudian membaliknya, memberi kode jika Sofia bukanlah ancaman baginya. "Segitu kemampuan lo? Kecil!" serunya.

Sofia mengambil bola boling lagi, dia bersiap menggelindingkan bola tersebut dan berakhir merobohkan semua pin yang ada di ujung jalur.

Sofia's MissionWhere stories live. Discover now