***

Aku terjaga saat jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, malaikatku masih bergelung di pelukanku, tubuhnya membuatku sangat hangat dan terasa nyaman ketika aku memeluknya. Aku tersenyum sambil mengecup bibirnya, efek obatnya harusnya berakhir sebentar lagi. dan saat itu terjadi maka mungkin dia tidak akan setenang ini, mungkin dia akan memberontak lagi dan aku akan berbuat hal yang sama, aku akan membuatnya tetap disisiku entah bagaimanapun caranya. Aku terus memeluknya sambil menunggunya terbangun, perasaanku saat itu sangatlah tidak menentu dan jujur saja aku sangat cemas dengan apa yang akan terjadi setelah ketenangan ini. Aku berhenti berkutat dengan pikiranku karena aku mendengarnya menggerang tertahan, dia memegang kepalanya sambil mengeluh kesakitan. Aku menyingkirkan tangannya yang semakin keras menarik rambutnya sendiri, aku sedikit marah karena dia menyakiti dirinya sendiri.

"Apa yang kau berikan padaku!" dia berkata sambil mengerang kesakitan.

"Sesuatu untuk membuatmu tenang, efeknya akan berhenti sebentar lagi" aku berkata sambil mengelus rambutnya dan tetap memeluknya dengan kedua lenganku, dia tidak menyingkirkan lenganku di tubuhnya mungkin karena dia sedang menahan rasa sakitnya, oh tuhan... jika saja aku tahu efeknya akan sekuat itu maka aku akan memikirkannya kembali untuk menggunakannya pada kesayanganku.

"Lepaskan aku!, aku ingin menjauh darimu!!!" dia mulai memberotak dengan mengerahkan seluruh kekuatannya, mungkin saat itu efeknya telah habis.

"Kau tidak akan kemanapun!!!" aku mendekapnya dengan erat dan mencoba memberinya pengertian.

"Dengarkan aku dulu, jangan seperti ini, komohon" aku memohon sambil terus menciumi wajahnya.

"Hanya omong kosong yang akan keluar dari mulutmu itu, kau seperti ayahmu!, kau hanyalah bajingan berengsek, hal yang menyelamatkanmu hanya karena kau menyandang nama Blackstone di belakang namamu!!!" dia menjerit lagi sambil memberontak dariku.

"Ashley!!!, jaga kata-katamu!" aku membentaknya karena aku benar-benar kecewa dengan kata-katanya, hal itu seolah membakarku.

"Tidak!, sudah kukatakan padamu kau tidak bisa memerintahku, aku bukan budakmu dan aku bukan salah satu pelacurmu dasar bajingan!" aku merasakan dia memukul perutku dengan lengannya hingga membuatku sedikit kesakitan. Kata-katanya barusan sangatlah membuatku marah dan kehilangan kesabaranku. Aku menindihnya di bawahku sambil menahan kedua lengannya dengan kedua tanganku, aku menindih kakinya dengan kakiku sendiri hingga dia tdak bisa lagi memberontak.

"Hanya ada satu wanita dalam hatiku, dan wanita itu adalah kau!, aku tidak mengkhianatimu, kau hanya sedang salah paham dan kau hanya pergi begitu saja tanpa mendengarkan apa yang harus kau ketahui!" aku membentaknya hingga aku melihatnya sedikit ketakutan, tapi aku masih melihat amarah itu di matanya, amarah yang sangat besar dan membara. Aku menatapnya penuh dengan kekecewaan dan yang kudapati di matanya adalah kekecewaan yang jauh lebih besar dengan apa yang kurasakan.

"Kau kecewa dengan hal yang tidak pernah terjadi Ashley"

"Tidak Sean, aku kecewa dengan hal yang kulihat dengan mataku sendiri, kau menjijikkan Sean, kau dengar aku?, kau membuatku muak" kata-katanya kembali menyakitiku, dia seakan menghujam jantungku dengan belati di tangannya sendiri.

"Ashley!!, jaga mulut sialanmu itu!" dia benar-benar membuatku kehilangan kesabaranku.

"Atau apa?, kau akan mengikatku?!" dia berkata dengan amarah di dalam dirinya.

"Aku bisa melakukan yang lebih buruk lagi padamu" aku membalasnya lagi.

"Kau sudah melakukan yang terburuk, lakukan saja jika kau mau, lagipula aku memang sudah hancur" dia berkata dengan tenang.

Forever MineWhere stories live. Discover now