"Selamat pagi," sapaan dari Ayah dan Ibu langsung menyadarkan ku. Mereka berdua tersenyum lebar sembari menggendong Zach dan Quin.

"Kapan kalian tiba?" tanya ku masih dengan ekspresi kaget.

"Semalam. Kami sengaja tidak mengabarimu karena ada hal penting yang harus kau ketahui,"

"Ada apa?"

"Alexa membelikan kami tiket liburan ke Hawai selama seminggu, jadi ku berikan Zachary dan Quinn padamu,"

"APA?"

"Alexa berkata, ia tidak menerima penolakan dari mu. Baiklah jaga cucu tercinta ku. Ibu menyayangimu," Ibu memberi Zachary padaku disusul dengan Ayah, "Ayah menyayangi mu, Nak." Mereka berdua meletakan koper-koper milik Zach dan Quinn dihadapanku

Aku seperti orang linglung kali ini, "Tapi, Ibu dimana Alexa?"

"Ia akan datang besok. Jika kau membutuhkan sesuatu telepon saja kakak mu. Sampai jumpa," ujar Ibu lalu masuk kedalam taksi.

"Apa-apaan ini?" ujar ku masih dengan nada syok. Zac dan Quinn hanya diam menatapku sambil mengemut jemari mereka, "Apa yang kalian lihat? Ya aku tahu, aku juga merindukan kalian," ku ciumi wajah Zachary dan Quinn namun mereka berdua malah menjenggut rambutku, "Aaaww Nak bukan begini caranya menyampaikan rasa rindumu padaku," Mereka berdua menatapku dengan tatapan polos.

Dengan terpaksa, ku bawa mereka kedalam dan meletakan mereka di kereta bayi lalu kembali keluar untuk mengambil koper-koper mereka.

Setelah itu, aku duduk dihadapan mereka dengan tampang bingung, "Astaga. Bagaimana caranya mengurus bayi?"

Teringat sesuatu, aku berlari menuju rak buku dan mengambil buku panduan merawat bayi.

Tertulis di buku ini langkah pertama untuk merawat bayi yaitu, memperhatikan asupan makan mereka.

"Apa kau lapar?" tanya ku pada Quinn. Kedua bola mata Quinn mengerjap-ngerjap, "Ok, ku anggap itu sebagai jawaban dari iya,"

Aku dan Elsa telah berhasil membuat keturunan yang sempurna terbukti dengan Zachary yang memiliki mata hazel ku dan Quinn memiliki mata abu Elsa. Setiap kali menatap kearah manik mata Quinn, aku seperti menatap kedalam mata Ibunya.

Ku buka kabinet makanan, mencari-cari makanan apa yang bisa ku berikan pada dua bayi ini, "Kau mau makaroni?" Zach mengerucutkan bibirnya, "Ah iya gigi mu belum tumbuh," ujar ku sambil menggaruk-garuk kepala. Tangan ku menjelajahi persediaan makanan ku lebih dalam lagi namun yang ku temui hanya mi instan dan makanan cepat saji lainnya.

"Haah, bagaimana ini? Aku tidak punya makanan bayi,"

Frustasi sendiri, aku pun bersiul memanggil Whiskey, "Whiskey, jaga anak ku sebentar. Aku ingin mengganti pakaian," Whiskey menggonggong sekali tanda mengerti. Aku berlari menaiki anak tangga, melesat menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan menyikat gigi. Dengan kecepatan extra, aku mampu melakukan semuanya hanya dalam waktu sepuluh menit.

Berlari menuju tempat dimana Zach dan Quinn berada, aku mengambil gendongan bayi yang berbentuk seperti tas ransel.

"Aku tidak mungkin menggendong mereka sekaligus selama berbelanja," tak mau ambil pusing, ku telepon Niall segera.

Niall tidak langsung menjawab teleponku. Tubuh ku gelisah menunggu jawaban dari Niall.

"Hey duda kesepian, bisakah kita bicara nanti saja? Aku tidak mau melewatkan jadwal bangun siang ku di hari minggu yang cerah ini,"

"Eh bocah pirang, cepat datang kerumah ku. Aku akan mengajarkan mu mengendarai moses," terdengar suara gemerisik dari ujung sana, "OKE TUNGGU SEBENTAR," ia menutup sambungan teleponnya.

New Journey [Greyson Chance]Where stories live. Discover now