"Arrgghhh... menyebalkan!" Aika segera memunguti alat-alat tulisnya yang berceceran di lantai, saat ia ingin meraih spidol hitam miliknya, ia malah memegang sebuah tangan yang sudah memeganga spidol itu terlebih dahulu.

Aika menaikkan pandangannya, menatap orang yang sedang memegang spidolnya (mungkin lebih tepatnya, tangan siapa yang ia pegang?)

Sontak saja, Aika membulatkan matanya saat sadar kalau tangan yang ia pegang itu tangannya Midorima. Dengan gugup, Aika menarik tangannya, "go-gomen," ucapnya sedikit terbata karena rasa gugup yang sedang menguasainya saat ini. Ia tak menyangka kalau ia bisa memegang tangan seorang Midorima Shintarou.

Midorima mengulurkan tangannya, "ini spidolmu nanodayo," Midorima memberikan spidol itu pada Aika, "bukan berarti aku mau membantumu nanodayo," Midorima langsung berdiri dan pergi meninggalkan Aika yang masih belum dapat mengatur degub jantungnya yang semakin kencang.

Aika memegang dadanya, tepat di tempat jantung yang sedang berdegub kencang, "hah... kenapa sih? Padahal, aku cuman tak sengaja memegang tangannya, tapi kenapa rasanya jantungku kayak abos maraton sih?" gumam Aika pada dirinya sendiri.

Aika menggeleng-gelengkan kepalanya dengan kuat, "tidak, tidak, bukan saatnya memikirkan hal itu. Aku harus cepat menyusul Aimi ke ruang rapat. Bisa-bisa ia mempermalukanku di depan para junior lagi," Aika langsung membereskan sisa barangnya, lalu berlari dengan kencang ke ruang rapat OSIS, ruangan yang awalnya hanya ruangan kosong biasa, dan sekarang disulap menjadi ruang rapat.

Aika membuka pintu ruang rapat OSIS dengan tergesah-gesah, higga menimbulkan suara gesekan yang cukup kencang, "goh-mehn-" napas Aika sedikit terengah-engah, karena ruang OSIS berada di lantai empat, dan kelasnya berada di lantai dua.

"Nah, lihatlah ketua OSIS kita yang teladan. Sudah 2 tahun menjabat, tapi masih hobi telat," cibir Aimi. "Jangan ditiru ya, teman-teman. Terutama untuk para junior. Sekali telat, habis kalian," Aimi mengeluarkan aura membunuh saat mengucapkan kata-kata tersebut.

Semua yang ada di ruang rapat ini hanya bisa mengangguk patuh pada kata-kata Aimi, termasuk Aika.

Aimi melempar tatapannya pada Aika, "cepat masuk, dan perkenalkan dirimu pada yang lainnya," tegas Aimi.

Aika hanya mengangguk patuh mendengar perintah Aimi. Kalau sudah seperti ini, lebih baik ia turuti saja perintahnya, dari pada nanti ia celaka karena membantah kata-kata Aimi. Sudah telat, berani membantah pula. Pasti itu yang akan dikatakan Aimi nanti, jika ia sedikit saja membantah atau mengeluarkan kata-kata yang bersifat menggerutu.

"Apa semuanya sudah mengenalkan diri?" tanya Aika pada Aimi, setelah ia berdiri di depan papan tulis.

"Sudah, bahkan aku sudah membahas sebagian materi mengenai acara pensi kita nanti," ucap Aimi dengan wajah datar. Sepertinya ia sedang malas untuk meladeni pertanyaan yang tidak penting di rapat kali ini.

Aika mengangguk, lalu melenparkan tatapan yang bersahabat dan senyum ceria khas Onizuka Aika, "hajimimashite, Onizuka Aika desu. Yoroshiku," Aika tersenyum sedikit lebar untuk menyampaika betapa menyesalnya ia terlambat di rapat pertama dengan pengurus OSIS yang baru.

"Gomenasai mina-san, aku tadi terlambat karena sedang menyusun tugas untuk kepengurusan OSIS yang baru," Aika tersenyum untuk menunjukkan rasa bersalahnya, lalu membungkukkan badannya sekali untuk meminta maaf.

"Tidak usah repot-repot kaicho-sama, Guntur-san sudah menulis susunannya di papan tulis," ucap seorang pria berwajah dingin namun terlihat imut dan manis disaat bersamaan.

"Heh? Kau siapa? Kenapa ada anak menggemaskan nyasar disini?"

Pletak! Aika langsung mendapat pukulan di kepalanya. Rupanya Aimi tadi yang memukul Aika dengan penggaris, "kau, hilangkan kebiasaanmu yang satu itu. Jangan berbicara mengenai hal yang tidak penting seperti itu," omel Aimi.

"Sumimasen, Aimi, tapi dia siapa ya?" Aika sepertinya masih penasaran dengan pria itu.

"Ryu Kenichi, kelas 1-B. Wakil ketua OSIS 2," ucap Aimi. "Makanya dengarkan saranku mengenai penghafalan dua puluh besar calon pengurus inti OSIS."

"Dia? Juniorku?" Aika sedikit tidak percaya saat Aimi mengucapka kalau anak songong ini adalah juniornya.

"Ya, dan cepatlah duduk di bangkumu, kami ingin melanjutkan rapat."

Aika hanya mengangguk lalu duduk di kursi yang masih kosong. Semua junior yang melihatnya hanya bisa terheran-heran. Kenapa wakilnya lebih galak dari ketuanya? Yah... hanya para senior saja yang tau apa alasannya.

***

La lala lala la la~ (berlenggang tanpa dosa)

Eh, apa kabar semuanya? Kalian masih dalam keadaan baik-baik saja kan?

Hehehe, aku tau, kalian pikir aku udah anyut entah kemana kan?
Biar pada gak ngamuk, Alfi kasih tau se-bubur-bubur-nya, kenapa Alfi hiatus.

Jawabannya cuman 1:
Alfi lagi targetin novel fantasy. Dan kalian tau? Penerbit yang nerima genre itu hanya sedikiiiiitttt..... sekali. Mungkin cuman satu.
Alhamdulillahnya, itu novel udah sampe 110+ halaman. Jika aku sudikit rajin, mungkin seharusnya sebelum masuk sekolah sudah rampung ceritanya.

Yah, mohon di maklumi lah ya... namanya juga Alfi. Mulai sekarang aku akan nyicil update cerita2 ku.

Terima kasih sudah tidak bosan menanti seperti Nikita W. :D
#peace

Love?Where stories live. Discover now