Tak Seperti yang Terlihat

479 38 17
                                    

Bel tanda berakhirnya pelajaran hari ini sudah berbunyi, tapi Midorima dan Aimi masih saja berkutat dengan soal-soal mereka.

Tiba - tiba terdengar suara pintu perpustakaan dibuka. Sontak saja, Midorima dan Aimi menoleh ke arah pintu. "Bagaimana soal - soalnya? Apa sudah selesai?" tanya Rei sensei.

"Sensei, kau benar - benar niat membunuhku ya?" ucap Aimi sambil memandangi sensei nya itu dengan tatapan tajam yang mematikan.

Rei sensei mengerutkan keningnya, "siapa yang mau membunuhmu, Guntut-san? Aku justru ingin membantumu dalam olimpiade nasional ini. Kalau kau menang, kau bisa mengikuti olimpiade di Australia, dan kemungkinan besar, kau bisa dapat beasiswa untuk sekolah disana," jelas sensei bersurai ungu itu panjang lebar. Sepertinya dia memang berharap banyak kepada Aimi dan Midorima.

"Kalau begitu, aku tidak akan memenangkannya," gumam Aimi dengan suara amat pelan.

"Kau tadi bilang apa, Guntur-san?" tanya Rei sensei sambil menaikkan kaca matanya yang sedikit melorot.

"Aku lapar, dan 5 menit lagi, aku harus menghadiri rapat OSIS. Sensei tidak bisa mengurungku disini," dengus Aimi dengan sebal.

Guru itu mengeluarkan dua roti isi dari dalam tasnya, lalu meletakkan roti itu di hadapan Midorima dan Aimi, "makanlah itu," setelah memberikan roti itu, Rei sensei pergi meninggalkan mereka berdua.

"Sensei! Aku harus-" ucapan Aimi terpotong oleh kata - kata mutlak yang keluar dari mulut Rei sensei.

"Jangan berani kalian keluar dari ruangan ini, kalau buku yang ada di meja kalian belum selesai," setelah mengucapkan kata - kata tersebut, Rei sensei langsung menutup pintu perpustakaan dengan kencang, Blam!

"Ck! Kenapa dia selalu bertindak seenaknya sendiri sih!?" keluh Aimi yang langsung membuka pembungkus roti isi yang ada di depannya.

"Dia benar - benar mengingatkanku pada seseorang nanodayo," gumam Midorima sambil membuka pembungkus rotinya.

"Kalau sampai aku bertemu seseorang mirip dengan Rei sensei, akan ku bunuh dia. Cukup Rei sensei saja yang menyebalkan," dengus Aimi.

Midorima tersenyum kecil melihat betapa banyaknya Aimi berceloteh hari ini. Ternyata Aimi tak sedingin yang ia pikir selama ini. Benar apa kata Takao, "jika kau hanya menilai Aimi hanya dari luarnya saja, dia pasti kelihatan seperti putri es yang amat sangat dingin dan mengerikan." Ternyata itu maksud dari ucapan Takao.

"Ternyata kau tidak sedingin yang ku kira nanodayo," ucap Midorima yang langsung membuat Aimi memandang ke arahnya dengan dahi berkerut.

"Bukan berarti aku selalu memperhatikanmu nanodayo," Midorima langsung mengalihkan pandangannya ke buku soalnya lagi.

Aimi memutar bola matanya dengan sebal, "dasar aneh."

***

Rapat OSIS seharusnya sudah dimulai sejak beberapa menit yang lalu. "Kapan rapatnya akan dimulai, Onizuka-san?" tanya salah satu anggota OSIS yang sedari tadi sudah duduk di kursi rapat OSIS.

"Yah, sepertinya Aimi tidak akan datang pada rapat kali ini, sebaiknya-"

"Kenapa Guntur-san tidak datang?" tanya Rizuki wakil ketua OSIS 2.

"Aku tidak tau," jawab Aika. Seketika ruang OSIS langsung ramai. Ada yang mengeluh, mengatakan percuma datang ke rapat ini.

BRAK! Dengan kuat, Rizuki menggebrak meja yang dikelilingi anggota OSIS tersebut, "kalian itu kenapa sih!?" bentak Rizuki dengan wajah memerah, pertanda pria itu sedang marah. "Ada atau tidaknya Guntur-san, kita tetap rapat!" tegasnya. "Kalian jangan bertindak seenaknya seperti itu! Onizuka-san itu ketuanya, bukan Guntur-san. Kalian paham itu!?" bentak Rizuki yang langsung mendapat anggukan setuju dari seluruh anggota OSIS.

Love?Donde viven las historias. Descúbrelo ahora