This

410 41 7
                                    

Akhir-akhir ini OSIS disibukkan oleh 2 kegiatan yanh sangat penting. Yang pertama adalah seleksi untuk calon ketua OSIS beserta calon wakilnya dan anggota inti OSIS. Anak kelas dua yang pernah menjabat di OSIS pun diperbolehkan untuk ikut pemilihan, jadi tugas OSIS kali ini cukup berat. Mereka harus adil dan tidak boleh memihak siapapun. Sekalipun itu teman mereka sendiri.

Setelah disortir menjadi lima besar untuk calon ketua OSIS dan lima besar untuk calon wakil ketua OSIS, Aika menyerahkan berkas-berkasnya pada kepala sekolah untuk melakukan voting dengan para guru. Ya, sistem voting di sekolah ini melalui guru, jadi jika kamu ingin menjabat menjadi ketua OSIS, kamu harus bersikap baik pada guru-guru yang ada di SMA Shutoku.

Walaupun hal itu tidak pernah dilakukan oleh Aika dan Aimi yang terkadang berprilaku seenaknya sendiri. Setidaknya nilai plus dari Aika adalah gadis itu bisa lebih sopan dan lebih ramah dari Aimi yang terkadang suka berbicara seenaknya sendiri terhadap para guru.

Yang kedua adalah persiapan pentas seni untuk mengisi kegiatan setelah ujian semester satu.

Sebenarnya untuk kegiatan pensi itu masih lama, tapi Aika dan Aimi bersikeras untuk memperasiapkannya jauh-jauh hari dengan alasan agar pensi tetap berlangsung sukses walaupun ketua dan anggota intinya sudah berubah, dan hal itu tidak akan memberatkan para anggota OSIS ketika mereka harus menghadapi ujian semester.

"Hah..." sesampainya di sekolah, Aimi langsung duduk dengan menyandarkan kepalanya.

Tak jauh berbeda dengan Aika yang datang dengan wajah lelah dan langsung duduk bersandar di kursinya, "haduh... rasanya badanku mau remuk," keluh Aika.

Sreekk... "ohayo Zuka-san!  Aimi-chan!" sapa Takao yang baru memasuki kelas bersama sahabat karibnya. Ya, siapa lagi kalo bukan Midorima.

Aika mengangkat kepalanya untuk menatap Takao, "ohayo Takao-kun," setelah itu ia meletakkan kembali kepalanya di atas meja.

"Woah... kalian berdua kenapa lemas seperti itu?" Takao heran saat melihat Aika dan Aimi seperti tidak memiliki nyawa. Pria itu duduk di tempatnya sambil memandang ke arah Aimi yang sejak tadi hanya diam saja.

"Ohayo nanodayo," sapa Midorima entah ditujukan untuk siapa?

Seperti mendapat energi tambahan, wajah Aika langsung kembali segar. Gadis itu tersenyum manis ke arah Midorima, "ohayo Midorima-kun!"

"Semangat sekali menjawabnya," ledek Aimi tanpa mau repot-repot membuka matanya yang sedang asik terpejam.

Aika memanyunkan bibirnya, "memangnya kenapa? Kan sebentar lagi kelas akan dimulai, jadi aku harus semangat dong..." elak Aika sambil tersenyum senang.

Tanpa disadari, Midorima sedang tersenyum tipis saat menerima senyuman dari Aika tadi. Entah mengapa, hanya dengan senyuman seperti itu mampu menggetarkan hatinya dan membuat dadanya berdesir hangat.

"Oy! Mido-kun! Jangan senyum-senyum begitu. Wajahmu sudah seperti orang bodoh tau," tuduh Aimi dengan asal. Padahal sejak duduk di kursinya, Aimi sudah memejamkan matanya, memposisikan dirinya keadaan seperti sedang tertidur.

Seketika, wajah Midorima memerah, "ka-kau bi-bicara apa sih nanodayo!" bentak Midorima.

"Tsun~dere," ledek Aimi.

Midorima langsung membalikkan badannya ke belakang, "aku tidak tsundere nanodayo!" bentak Midorima pada Aimi.

Aimi langsung menegakkan kepalanya, memandang Midorima dengan pandangan yang tak dapat diartikan. "Sejak kapan maling mau ngaku?"

Takao yang mendengar jawaban spontan dari Aimi pun langsung tertawa terbahak-bahak, "hahahaha! Itu benar Shin-chan! Orang tsundere juga tidak akan mengakui dirinya itu tsundere."

Love?Where stories live. Discover now