Tanpa Judul

392 32 14
                                    

Betapa terkejutnya saat penjaga perpustakaan memasuki ruangan tempatnya bekerja di SMA Shutoku ini. Dia menemukan sepasang anak muda yang sedang tertidur sambil berpelukan di antara rak-rak buku.

Baru saja ia ingin menuduh hal yang iya-iya (maksudku tidak-tidak) pada kedua pemuda tersebut, salah satu di antara mereka mendongakkan kepalanya, membuat pandangan si penjaga perpustakaan dengan Midorima bertemu.

"Loh, Midorima-san? Apa yang kau lakukan di perpustakaan?" lalu bibi penjaga perpustakaan pun mengarahkan pandangannya kepada gadis yang ada di pelukan Midorima, "Guntur-san?"

"Semalam kami terkunci di dalam, jadi kami terpaksa tidur disini nanodayo," ungkap Midorima.

"Lalu kenapa kalian tidur sambil berpelukan?"

"Semalaman denamnya tinggi nanodayo, dia terus mengigau dan badannya juga menggigil nanodayo, jadi aku memeluknya sepanjang malam agar demamnya tidak semakin tinggi nanodayo," jelas Midorima panjang lebar. Sebenarnya pria itu takut kalau bibi ini tidak menerima alasan klise dari seorang pria seperti Midorima.

Bibi itu menempelkan tangannya di dahi Aimi untuk mengecek suhu tubuh gadis itu, "astaga... demamnya tinggi sekali," bibi itu langsung memegang pipi dan leher Aimi yang mengeluarkan keringat dingin. "Cepat bawa dia ke ruang UKS!"

Midorima mengangguk, "hai!" dengan sigap, ia berdiri dan menggendong tubuh Aimi yang sedang tidak berdaya itu. Dengan langkah lebarnya, Midorima membawa Aimi ke ruang UKS.

Ketika sedang berjalan menuju ruang UKS, tak sengaja Midorima berpapasan dengan Takao. Takao yang tadinya ingin menyapa Midorima dengan senyum lebarnya menjadi berubah khawatir saat melihat Midorima sedang membopong tubuh Aimi.

"Ada apa ini, Shin-chan? Kenapa Mi-chan seperti ini?" tanya Takao dengan khawatir setelah ia berhasil menyamakan langkahnya dengan Midorima.

"Buka pintunya nanodayo!" perintah Midorima ketika mereka sampai di depan pintu UKS.

Tanpa diperintah dua kali, Takao langsung membuka pintu tersebut dan Midorima masuk terlebih dahulu, lalu pria itu meletakkan tubuh Aimi dengan hati-hati di atas ranjang UKS.

"Apa yanh terjadi dengan Aimi, Shin-chan?" tanya Takao.

"Aku tidak tau kenapa dia bisa seperti ini nanodayo. Mungkin karena dia kedinginan nanodayo."

Takao mengerutkan keningnya, "dari mana kau tau kalau ia kedinginan?"

"Hah..." Midorima menarik napas panjang, lalu menghembuskannya. "Kami semalaman terkunci di perpustakaan nanodayo," ungkap Midorima.

"Loh? Kok bisa sih, Shin-chan?" ucap Takao dengan hebohnya dan sedikit histeris.

"Aku tidak tau nanodayo. Saat kami ingin keluar, tiba-tiba pintu perpustakaan tidak mau dibuka nanodayo, jadinya kami terpaksa bermalam disana nanodayo," Midorima menceritakan kronologis peristiwa saat mereka terkunci di dalam perpustakaan.

Entah kenapa, setelah mendengar cerita singkat mengenai bagaimana mereka bisa sampai terkunci di dalam sana membuat senyum jahil tercetak di bibirnya, "tapi kau tidak berbuat hal yang iyah-iyah kan dengan Aimi, kan Shin-chan....?" goda Takao.

"Apa-apaan sih nanodayo!" bentak Midorima sambil membuang pandangannya ke arah lain. "Apa yang kau maksudkan dengan perbuatan yang 'iya-iya' itu nanodayo!"

Takao menggedikkan bahunya, "mungkin saja saat Aimi tak sadarkan diri seperti itu kau mengambil kesempatan untuk mencuim dan memeluknya."

DUAR! Seperti disambar petir, pernyataan Takao barusan langsung tepat mengenai sasarannya. Ya, memang selama Aimi tidur, ia memeluk tubuh Aimi dengan erat, dan saat gadis itu mulai menangis, ia akan mengelus punggungnya lalu mencium puncak kepalanya.

Love?Where stories live. Discover now