Lesya berjalan memasuki kelasnya. Tanpa mengenakan kacamata dan rambut tetap dikuncir kuda. Dia mulai terbiasa berpenampilan seperti gadis pada umumnya. Tidak terlihat lugu, polos dan cupu saat awal-awal. Namun, tetap menutupi warna asli matanya.
Langkahnya mulai pelan ketika melihat Riana yang sudah datang dan tidak menyadari kehadirannya. Dagunya diletakan di atas lipatan tangan, memandang kosong ke arah depan. Wajahnya pun tampak sembap. Biasanya kalau datang duluan dan melihat Lesya baru datang, Riana akan menyapa.
"Hai, Na," sapanya membuat Riana tersadar, menoleh ke arahnya sambil mengerjapkan mata. "Tumben udah dateng."
Riana meringis sembari merapikan rambutnya yang terkuncir tidak rapi. "Iya," balasnya singkat.
Lesya duduk di tempatnya, masih mengajak Riana mengobrol. "Udah sarapan, Na? Muka lo keliatan pucet."
Riana menoleh canggung, lalu mengusap wajahnya. "Oh? Belum, Sya. Gue nggak sempet tadi."
"Kenapa nggak sempet? Kan, belum telat."
Riana tersenyum tipis, menggelengkan kepalan pelan. "Enggak papa, Sya."
Lesya membalikan tubuhnya, membuka tas, mengambil sesuatu dari dalamnya dan memberikannya pada Riana. "Buat lo, Na. Gue selalu nyimpen roti sama susu di dalem tas soalnya. Tenang aja, nggak basi, kok. Baru gue beli tadi di jalan."
Riana mengerjapkan matanya, menerima susu rasa vanilla dan roti cokelat tersebut, lalu menatap Lesya terharu. "Makasih, Sya."
"Sama-sama, Na. Dimakan, ya! Kalo diliatin doang nggak bikin kenyang."
Riana terkekeh. "Iya."
Lesya membiarkan Riana memakan roti pemberiannya. Sementara, dirinya mulai sibuk membaca novel sampai bel masuk berbunyi.
Lewat sudut matanya, Lesya memerhatikan Riana. Kepo apa yang sedang terjadi pada temannya itu. Mau bertanya, tapi takut berakhir malu kalau Riana tidak mau menjawabnya. Jadi, Lesya menunggu temannya itu bercerita sendiri.
Sampai tak lama, Danny datang bersama dengan Haidar dan Naura.
"Na! Lo udah sampe dari jam berapa, anjir?" tanya Danny ketika berdiri di samping tempat duduk Naura dan Riana. "Dari tadi gue chat sampe nelpon lo berkali-kali. Kali aja lo mau bareng sama gue. Pas nyampe rumah lo, kata nyokap lo, lo udah berangkat.
Riana menoleh, membuat Danny, Haidar dan Naura terkejut melihat wajah sembapnya.
"Dari tadi. Maaf ya Dan, ngerepotin," jawab Riana dengan suara pelan dan lemah.
"Apa sih, Na? Kayak sama siapa aja."
"Minggir-minggir! Gue mau duduk," sela Naura. Mendorong tubuh Danny menjauh.
"Woilah! Santai, Neng," ucap Haidar karena ikut terdorong.
Naura berhasil duduk. Mengibaskan tangannya seakan mengusir dua cowok itu. "Udah sana kalian duduk! Jangan mengganggu pemandangan Incess," katanya sok cantik seraya mengibaskan rambutnya ke belakang.
Riana yang biasanya tertawa melihat tingkah random Naura hanya diam saja. Sepertinya gadis itu memang memiliki masalah yang sangat berat.
"Dih, najis!" cibir Haidar. "Kutu lo pada terbang."
Naura mendelik, menatap Haidar tajam, mengikuti pergerakan cowok itu yang hendak duduk. "Rambut gue bersih, ya! Enggak ada kutu, emang lo ada ketombenya."
"Enak aja! Udah nggak ada kali!" balas Haidar yang disambut tawa oleh Danny.
"Hasil rekomendasi shampoo dari gue makanya udah nggak ada ketombe, Nau," kata Danny sombong. "Kalo nggak gue rekomen mah pas lagi main bola pada berterbangan!"
YOU ARE READING
Dangerous Nerd
Fantasy#AREGAS SERIES 2 Lesya yang merupakan seoarang cold girl yang memiliki mata setajam elang dan disegani anak buah Papanya berubah menjadi gadis cupu yang masuk ke dalam sekolah swasta elite dan terkenal di Ibukota untuk mencari tau alasan meninggalny...
