Kaki dengan kulit halus dan seputih susu itu keluar dari dalam kamar mandi. Hanya dengan mengenakan bathrobe, langkahnya membawa dia menuju lemari. Mengambil satu stel pakaian tidurnya. Bau harum dari sabun mandi menguar mengisi ruangan.
Selesai mengenakan pakaian santainya. Lesya berjalan keluar dari kamar menuju dapur. Menyiapkan makan malamnya.
Ya, dia sudah mulai tinggal di apartement. Apartement milik keluarganya yang jaraknya lumayan dekat dengan sekolah. Memiliki dua kamar, miliknya dan milik Zios. Ruangannya tidak terlalu besar. Namun, Lesya nyaman tinggal di sana.
Walaupun kini tinggal di apartement, Lesya tetap akan sering pulang untuk mengunjungi Mommynya yang masih dalam keadaan berduka. Mommy masih butuh waktu menerima kepergian Zios. Sering kali Mommy menyalahkan dirinya sendiri karena merasa tidak becus menjaga putranya.
Semenjak kematian Zios juga, Vernon—sang Daddy jadi sering pulang ke rumah. Makan malam bersama dengan Mommy, mengajaknya ngobrol, pergi jalan-jalan bersama agar suasana hatinya membaik.
Lesya memasuki sebuah kamar kosong yang dia dekor menjadi tempatnya belajar, setelah makanan yang dibuat sudah jadi. Dia akan memakan makan malamnya di sana sambil belajar.
Ting!
Baru saja mendaratkan tubuhnya di kursi, sebuah notifikasi pesan masuk. Lesya meletakan piring dengan isian makaroni telor ke atas meja, mengambil ponselnya.
Tatapannya datar melihat banyaknya foto yang dikirim oleh Billy. Dia meminta asisten pribadinya itu mencari tau tentang kakak kelasnya—Ziva.
Ting!
Pesan dari Billy kembali masuk ke dalam ponselnya. Lesya membacanya dengan seksama sembari melihat foto yang lelaki itu kirimkan.
Jadi ... mana yang harus dia percaya?
•••
Masih di ruangan yang sama. Kini, Lesya tengah memandangi foto dirinya dan Zios saat mereka kecil. Senyum lebar terpatri di wajah mereka yang cemong.
Sebuah kenangan yang indah. Dimana masa kecilnya diisi oleh canda dan tawa bersama Zios. Berlarian memutari rumah mengejar satu sama lain. Bermain kejar-kejaran tanpa kenal lelah.
"Zios! Lari kamu kenceng banget!" seru Lesya saat Zios sudah sampai di ambang pintu menuju taman belakang, sedangkan gadis kecil itu baru saja menuruni anak tangga.
"Kejar dong yang bener. Lemah banget kamu, ah!" balas Zios meledek.
"Kamu yang larinya kecepetan!" balas Lesya dengan napas ngos-ngosan.
"Kamu yang kurang cepet larinya. Dasar cebol!"
"ZIOS! Awas kamu, ya!!!" Lesya kembali berlari mengejar Zios yang tertawa kencang menghidarinya.
"Hati-hati! Nanti jatuh!" tegur Maurel sambil membawa mangkuk berisikan jagung susu keju. Terkejut saat putrinya melesat dengan cepat melewatinya begitu saja.
Jeduak!
"Eum! Nah, kan!" Maurel segera meletakan mangkuk yang di bawanya ke meja, kemudian berlari mendekat, membantu Lesya yang jatuh akibat tersandung.
"MOMMY! HUAAA!!!" Tangis Lesya pecah setelah beberapa detik lamanya terdiam menyadari situasi. Rasa sakit di lututnya membuat air mata itu mengalir keluar.
"QUINNN!!!" teriak Zios saat berhasil mengerem tubuhnya mendengar suara benda jatuh begitu keras. Melihat adiknya yang tengkurap dengan posisi tidak aesthetic.
Zios berlari mendekat. Bertepatan dengan Maurel yang sampai di dekat tubuh Lesya, mengangkatnya dan membawanya ke dalam.
"Sakit, huaaa!!!"
DU LIEST GERADE
Dangerous Nerd
Fantasy#AREGAS SERIES 2 Lesya yang merupakan seoarang cold girl yang memiliki mata setajam elang dan disegani anak buah Papanya berubah menjadi gadis cupu yang masuk ke dalam sekolah swasta elite dan terkenal di Ibukota untuk mencari tau alasan meninggalny...
